Dua orang anak bermain air di kawasan kumuh Tanah Merah, Plumpang, Jakarta, Jumat (18/6). Kurangnya sanitasi air dapat meningkatkan risiko kolera, tifoid, disentri, serta diare. Tempo/Tony Hartawan
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Pemukiman dan Perumahan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Nugroho Tri Utomo, mengatakan, akses masyarakat Indonesia ke sanitasi yang bersih dan baik masih sekitar 58 persen pada tahun ini. "Targetnya, tahun 2015 mencapai 62 persen sesuai dengan komitmen Indonesia terhadap program Millenium Development Gols (MDGs)," katanya saat konferensi pers World Toilet Summit di Hotel Sultan, Jakarta, Senin, 22 Juli 2013.
Ia mengatakan rendahnya akses karena agak sulitnya mengubah paradigma masyarakat tentang pentingnya sanitasi bersih. "Ini bukan persoalan uang, tapi persoalan kesadaran masyarakat," ujarnya.
Nugroho menambahkan pada 2009, ada sekitar 70 juta orang yang masih buang air besar sembarangan. Angka ini menurun karena pemerintah tengah menggalakan program sanitasi bersih. "Tahun ini berkisar antara 35-40 juta yang sembarangan buang air besar." Kalau di Jakarta, ia melangatakan, angkanya mendekati 1 juta orang yang masih buang air besar sembarangan.
Sementara Ketua Umum Asosiasi Toilet Indonesia, Naning Adiwoso, mengatakan, sanitasi dan air minum di Indonesia masih menjadi tantangan yang besar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, sekitar 100 juta penduduk belum memiliki akses sanitasi yang baik. 63 juta tercatat masih melakukan praktik buang air besar sembarangan seperti di sungai, danau, laut, dan daratan.
Menurut dia, sanitasi menjadi masalah yang perlu diperhatikan oleh semua pihak. Karena, kata dia, sanitasi yang tidak sehat berpotensi menimbulkan penyakit.
Dr. Pandu Riono: Rumah Sehat Mengubah Cara Berpikir Masyarakat
9 Agustus 2022
Dr. Pandu Riono: Rumah Sehat Mengubah Cara Berpikir Masyarakat
Penjenamaan rumah sehat akan memfungsikan ilmu kedokteran tentang pencegahan penyakit. Layanan digital terintegrasi SATU SEHAT menjadi langkah mengoptimalkan pelayanan kesehatan.