TEMPO.CO, Jakarta- Porsi kredit untuk sektor pertanian masih kecil. Mengacu pada data Bank Indonesia per April 2013, total portofolio kredit bank umum untuk sektor pertanian, perburuan dan kehutanan hanya Rp 148,68 triliun atau 5,2 persen dari total penyaluran kredit yang mencapai Rp 2.844,21 triliun.
Direktur Commercial and Business Banking PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Sunarso mengatakan bank akan menyalurkan lebih besar jika pertanian dikelola dengan skala yang komersial. "Bank itu komersial, bank menyalurkan kredit ke yang skala ekonominya masuk," kata Sunarso saat berbuka puasa bersama wartawan, Rabu malam, 17 Juli 2013.
Skala ekonomi yang dimaksud Sunarso adalah petani bisa memproduksi dengan jumlah besar, sehingga bisa meraup untung meski harga pangan relatif rendah. Jika kondisi ini bisa diciptakan, bank tak akan ragu untuk mengucurkan kreditnya.
Untuk mencapai skala ekonomi itu, petani harus punya akses pada lahan yang besar. Dengan lahan seadanya, petani susah untung. "Kalau produksi melimpah dan produk pertanian harganya murah, petani menjerit, konsumen biasa saja. Kalau harga seperti sekarang konsumen menjerit, petani biasa saja," katanya.
Satu satunya jalan, kata Sunarso, adalah reformasi agraria. Jika susah menyediakan lahan bagi petani. "Tak apa kepemilikan kecil-kecil, tapi pengelolaannya dikoordinir, sehingga mencapai skala komersial," katanya.
Mandiri sendiri diklaim Sunarso sudah mengucurkan kredit Rp 54 triliun untuk sektor pertanian. Kredit untuk sektor ini ditargetkan tumbuh sebesar 19 persen sesuai target kredit Mandiri tahun ini. "Ini untuk wholesale menengah, kecil dan mikro," katanya. Sejauh ini, rasio kredit macet dari sektor ini diklaim kecil di bawah 1 persen.
Sebelumnya, sempat ada ide dari Deputi Gubernur BI, Hendar untuk menerapkan Giro Wajib Minimum (GWM) Loan to Deposit Ratio (LDR/rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga) sektoral. Hal ini untuk mendorong penyaluran kredit ke sektor tertentu yang dianggap bisa mengurangi inflasi, contohnya pertanian. Seperti diketahui, inflasi di Indonesia paling sering disebabkan masalah pangan.
Advertising
Advertising
Ditanya soal wacana pembentukan bank khusus pertanian untuk mendorong kredit ke sektor ini, Sunarso berpendapat fungsi tersebut akan lebih efektif jika dilakukan oleh unit khusus di masing-masing bank. "Ada Undang-Undang Perlindungan Petani, bank milik negara utamanya diminta untuk membuat unit khusus. Bank Mandiri sudah punya unit khusus fokus ke pertanian, namanya agribis grup," kata dia.
Pembentukan bank baru belum tentu efektif karena untuk menyalurkan kredit bank perlu jaringan yang luas. Selain itu, jika yang disasar adalah petani besar, bank juga harus siap modal.
MARTHA THERTINA