Porsi Kredit untuk Pertanian Hanya 5,2 Persen

Kamis, 18 Juli 2013 19:10 WIB

Dua orang petani menanam padi di sawah di kampung budaya Sindangbarang, desa Pasir Eurih, Bogor, Jawa Barat, (27/3). Sindangbarang terletak sekitar lima kilometer dari pusat kota Bogor. TEMPO/Yosep Arkian

TEMPO.CO, Jakarta- Porsi kredit untuk sektor pertanian masih kecil. Mengacu pada data Bank Indonesia per April 2013, total portofolio kredit bank umum untuk sektor pertanian, perburuan dan kehutanan hanya Rp 148,68 triliun atau 5,2 persen dari total penyaluran kredit yang mencapai Rp 2.844,21 triliun.


Direktur Commercial and Business Banking PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Sunarso mengatakan bank akan menyalurkan lebih besar jika pertanian dikelola dengan skala yang komersial. "Bank itu komersial, bank menyalurkan kredit ke yang skala ekonominya masuk," kata Sunarso saat berbuka puasa bersama wartawan, Rabu malam, 17 Juli 2013.

Skala ekonomi yang dimaksud Sunarso adalah petani bisa memproduksi dengan jumlah besar, sehingga bisa meraup untung meski harga pangan relatif rendah. Jika kondisi ini bisa diciptakan, bank tak akan ragu untuk mengucurkan kreditnya.


Untuk mencapai skala ekonomi itu, petani harus punya akses pada lahan yang besar. Dengan lahan seadanya, petani susah untung. "Kalau produksi melimpah dan produk pertanian harganya murah, petani menjerit, konsumen biasa saja. Kalau harga seperti sekarang konsumen menjerit, petani biasa saja," katanya.


Satu satunya jalan, kata Sunarso, adalah reformasi agraria. Jika susah menyediakan lahan bagi petani. "Tak apa kepemilikan kecil-kecil, tapi pengelolaannya dikoordinir, sehingga mencapai skala komersial," katanya.


Mandiri sendiri diklaim Sunarso sudah mengucurkan kredit Rp 54 triliun untuk sektor pertanian. Kredit untuk sektor ini ditargetkan tumbuh sebesar 19 persen sesuai target kredit Mandiri tahun ini. "Ini untuk wholesale menengah, kecil dan mikro," katanya. Sejauh ini, rasio kredit macet dari sektor ini diklaim kecil di bawah 1 persen.


Sebelumnya, sempat ada ide dari Deputi Gubernur BI, Hendar untuk menerapkan Giro Wajib Minimum (GWM) Loan to Deposit Ratio (LDR/rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga) sektoral. Hal ini untuk mendorong penyaluran kredit ke sektor tertentu yang dianggap bisa mengurangi inflasi, contohnya pertanian. Seperti diketahui, inflasi di Indonesia paling sering disebabkan masalah pangan.

Advertising
Advertising


Ditanya soal wacana pembentukan bank khusus pertanian untuk mendorong kredit ke sektor ini, Sunarso berpendapat fungsi tersebut akan lebih efektif jika dilakukan oleh unit khusus di masing-masing bank. "Ada Undang-Undang Perlindungan Petani, bank milik negara utamanya diminta untuk membuat unit khusus. Bank Mandiri sudah punya unit khusus fokus ke pertanian, namanya agribis grup," kata dia.


Pembentukan bank baru belum tentu efektif karena untuk menyalurkan kredit bank perlu jaringan yang luas. Selain itu, jika yang disasar adalah petani besar, bank juga harus siap modal.


MARTHA THERTINA

Berita terkait

BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen

1 jam lalu

BI Laporkan Harga Properti Residensial Triwulan I Naik 1,89 Persen

Survei BI mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer triwulan I 2024 tetap naik, tecermin dari pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial triwulan I 2024 sebesar 1,89 persen

Baca Selengkapnya

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

5 jam lalu

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

Rupiah melemah dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik, apa saja?

Baca Selengkapnya

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

3 hari lalu

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

Survei Konsumen Bank Indonesia atau BI pada April 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat.

Baca Selengkapnya

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

4 hari lalu

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

Gubernur BI dan Gubernur Bank Sentral UEA menyepakati kerja sama penggunaan mata uang lokal untuk transaksi bilateral.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

6 hari lalu

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Kamis, 9 Mei 2024, dimulai dari deretan masalah dari Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis atau PPDS.

Baca Selengkapnya

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

7 hari lalu

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

Bank Indonesia mendorong aktivitas bayar tunai, namun BI mengimbau agar merchant tetap bisa menerima dan melayani pembayaran tunai

Baca Selengkapnya

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

7 hari lalu

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

8 hari lalu

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

Bank Danamon Indonesia belum berencana menaikkan suku bunga KPR meski suku bunga acuan BI naik menjadi 6,25 persen

Baca Selengkapnya

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

8 hari lalu

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

13 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya