Neraca Perdagangan Indonesia Kembali Defisit

Reporter

Senin, 1 Juli 2013 18:22 WIB

TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta -- Neraca perdagangan Indonesia kembali mengalami defisit sebesar US$ 590,4 juta pada Mei lalu. Defisit terjadi karena persentase impor cenderung tinggi ketimbang ekspor. "Defisit disebabkan impor minyak masih besar," kata Kepala Badan Pusat Statistik, Suryamin di kantornya, Jakarta, Senin, 1 Juli 2013.

Nilai ekspor mencapai US$ 16,07 miliar pada Mei lalu. Jumlah itu meningkat 8,9 persen dari torehan April sebelumnya.

Jumlah itu hanya lebih besar jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. "Secara kumulatif Januari-Mei 2013, ekspor mencapai US$ 76,25 miliar, turun 6,46 persen ketimbang periode sama tahun lalu," kata Suryamin.

Untuk kinerja impor tercatat sebesar US$ 16,66 miliar pada Mei lalu. Jumlah ini naik US$ 200,9 juta atau 1,22 persen ketimbang April sebelumnya.

Peningkatan impor disebabkan naiknya impor non migas sebesar 3,06 persen menjadi US$ 13,23 miliar. Adapun impor migas mengalami penurunan menjadi US$ 3,4 miliar dari April lalu sebesar US$ 3,6 miliar.

Rinciannya, penurunan impor migas disebabkan turunnya impor minyak mentah dan gas masing-masing sebesar US$ 383 juta dan US$ 4,2 juta.

Meskipun migas menurun, namun impor hasil minyak justru mengalami peningkatan dari US$ 2 miliar pada April menjadi US$ 2,2 miliar pada Mei.

"Nilai impor Januari-Mei 2013 mencapai US$ 78,78 miliar atau turun 1,18 persen ketimbang impor periode sama tahun lalu. Adapun impor non migas mencapai US$ 60,2 miliar atau turun 2,33 persen," kata Suryamin.

Deputi Bidang Statistik dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengatakan peluang defisit masih terjadi dan akan membaik pada Agustus mendatang. "Sulit menghindari defisit karena konsumsi masih besar," katanya. Kendati harga BBM bersubsidi dinaikkan untuk menekan konsumsi, impor migas tetap diprediksi meningkat.

Sasmito menilai peningkatan ekspor disebabkan harga komoditas ekspor yang mulai membaik seperti CPO. Kinerja ekspor tidak cerah karena komoditas unggulan mengalami penurunan seperti karet, kopi dan batubara yang stagnan. Komoditas CPO bisa membantu perbaikan kinerja ekspor jika harganya terus membaik. "Saat ini naik 5 persen."

Pendapat berbeda disampaikan Pelaksana Tugas Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro. Menurut dia kenaikan harga BBM bersubsidi bakal menekan impor migas. "Saya masih optimistis (syaratnya) neraca migas bisa membaik," katanya.



ANGGA SUKMA WIJAYA



Berita Lainnya:

Stasiun UI Masih Gunakan Tiket Kertas
Alasan Hanura Pilih Hary Tanoe Jadi Cawapres
Dinamit Hilang, Bareskrim Mabes Polri Turun Tangan
7 Vaksin yang Tidak Boleh Terlewatkan
Pemilihan Kades Tangerang , Kantor Camat Dirusak

Berita terkait

Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

2 hari lalu

Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

Nilai transaksi potensial paviliun Indonesia di Cafex Expo 2024, Mesir, capai Rp 253 milir. Didominasi oleh produk biji kopi Indonesia.

Baca Selengkapnya

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

4 hari lalu

Neraca Perdagangan Kita Surplus 47 Bulan Berturut-turut, Apa Penyebabnya?

Indonesia memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan dalam 47 bulan terakhir pada Maret 2024

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

4 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

4 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

4 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

4 hari lalu

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.

Baca Selengkapnya

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

4 hari lalu

BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen

Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.

Baca Selengkapnya

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

5 hari lalu

BPS Sebut Iran dan Israel Bukan Mitra Utama Dagang RI: Dampak Konflik Tak Signifikan

BPS menilai dampak konflik geopolitik antara Iran dan Israel tak berdampak signifikan terhadap perdangan Indonesia. Begini penjelasan lengkapnya.

Baca Selengkapnya

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

5 hari lalu

Surplus Perdagangan Maret Tembus USD 4,47 Miliar, Ditopang Ekspor Logam Dasar dan Sawit

Surplus perdagangan Indonesia pada Maret 2024 tembus US$ 4,47 miliar. Surplus 47 bulan berturut-turut.

Baca Selengkapnya

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

5 hari lalu

Timur Tengah Memanas, BPS Beberkan Sejumlah Komoditas yang Harganya Melonjak

Badan Pusat Statistik atau BPS membeberkan lonjakan harga komoditas akibat memanasnya tekanan geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya