Kepastian BBM Lebih Penting dari BI Rate

Jumat, 14 Juni 2013 11:21 WIB

TEMPO/Amston Probel

TEMPO.CO, Jakarta - Langkah Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan (BI rate) menjadi 6 persen dinilai tidak berpengaruh signifikan bagi pasar finansial.


Di pasar modal, dampak kenaikan suku bunga tidak berpengaruh secara jangka pendek. Analis dari PT BNI Securities, Thendra Crisnanda, mengatakan kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin tidak signifikan dan sudah diantisipasi oleh pasar. "Kenaikan sebesar 100 basis poin baru akan berdampak pada pasar."


Menurut Thendra, kenaikan ini lebih kepada upaya BI menambah kepercayaan investor terhadap rupiah serta ekspektasi terhadap kenaikan inflasi. Hal yang paling ditunggu investor justru kepastian kenaikan harga BBM yang telah tertunda sekian lama.


Meski demikian, ia mengakui secara jangka panjang kenaikan BI rate akan mempengaruhi pergerakan harga saham properti dan perbankan karena terkait dengan kredit. "Itu pun hanya sementara karena investor tetap akan mengoleksi saham-saham tersebut karena fundamentalnya masih bagus."


Head of Treasury Research Bank BNI, Nurul Eti Nurbaeti, mengatakan pasar tak terlalu terkejut dengan kenaikan suku bunga. Apabila dimaksudkan untuk mendorong nilai tukar rupiah, ekspektasi itu sudah didiskon pada hari sebelumnya lewat kenaikan suku bunga fasilitas deposito (FasBI rate) ke level 4,25 persen. “Rupiah masih sulit menguat dan tetap duduk di posisi 9.800 hingga 9.900 per dolar,” kata dia.


Advertising
Advertising

Menurut Nurul, rupiah baru akan terasa perubahannya apabila BI melakukan penyesuaian FasBI rate secara bertahap, baru diiringi dengan kenaikan suku bunga. "Pelaku pasar berharap rentang jarak FasBi rate dengan BI rate tak terlalu lebar, idealnya 100 poin."


Analis dari PT Harvest International Futures, Ibrahim, mengatakan naiknya suku bunga acuan tak langsung meredakan tekanan terhadap rupiah. Semestinya kebijakan ini diambil sejak lama ketika inflasi mulai meningkat. “Rupiah sudah terlalu melemah sehingga naiknya BI rate tidak banyak artinya."


Rupiah justru lebih membutuhkan kepastian kenaikan harga BBM sehingga defisit anggaran dan defisit perdagangan bisa berkurang. Tarik ulur kenaikan BBM telah melahirkan ketidakpastian. "Tekanan ini membuat pasar begitu hati-hati merespons kebijakan apapun dari pemerintah, termasuk kenaikan BI rate," ujar dia.


PDAT | M. AZHAR | MEGEL JEKSON

Berita terkait

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

1 hari lalu

Survei Bank Indonesia: Keyakinan Konsumen terhadap Kondisi Ekonomi Meningkat

Survei Konsumen Bank Indonesia atau BI pada April 2024 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat.

Baca Selengkapnya

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

3 hari lalu

Perkuat Transaksi Mata Uang Lokal, BI dan Bank Sentral UEA Jalin Kerja Sama

Gubernur BI dan Gubernur Bank Sentral UEA menyepakati kerja sama penggunaan mata uang lokal untuk transaksi bilateral.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

5 hari lalu

Terpopuler: Deretan Masalah Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis hingga Lowongan Kerja BTN

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Kamis, 9 Mei 2024, dimulai dari deretan masalah dari Program Pendidikan Dokter Spesialis Gratis atau PPDS.

Baca Selengkapnya

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

5 hari lalu

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

Bank Indonesia mendorong aktivitas bayar tunai, namun BI mengimbau agar merchant tetap bisa menerima dan melayani pembayaran tunai

Baca Selengkapnya

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

6 hari lalu

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

6 hari lalu

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

Bank Danamon Indonesia belum berencana menaikkan suku bunga KPR meski suku bunga acuan BI naik menjadi 6,25 persen

Baca Selengkapnya

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

7 hari lalu

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

11 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

11 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

12 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya