Pendirian pabrik ini terjalin atas kerja sama antara Fosun Internasio Ltd. asal Cina dan PT Gunung Garuda yang berbasis di Bekasi, Jawa Barat. Alasan lainnya, karena Indonesia memiliki pasar yang potensial dalam produk tambang.
Investasi kerja sama ini bernilai US$ 200 juta, yang akan dipecah dalam dua tahap. "Tahap pertama US$ 100 juta, tahap kedua US$100 juta," ujar Panggah. Diharapkan dengan adanya pabrik ini, produksi besi baja Indonesia melebihi tahun sebelumnya, yakni 10 juta ton per tahun. "Cina bisa memproduksi 500 juta ton per tahun."
Belum ada kepastian mengenai kapan pembangunan pabrik akan dimulai. Namun, Panggah menyatakan, jika melihat kebijakan pengurangan impor produk mineral pada 2014 mendatang pembangunan akan dilaksanakan secepatnya. "Akhir tahun ini mungkin akan segera terealisasi."
Panggah menyatakan, kerja sama ini didasari atas Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara yang mengatakan, diharuskan adanya hilirisasi mineral logam dalam rangka pengurangan impor pada 2014 mendatang.
Pasar baja Indonesia pada 2013 ditaksir mencapai Rp 71.05 triliun, naik 7 persen dari 2012 sebesar Rp 66,4 triliun. Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA) memprediksi konsumsi baja di dalam negeri pada 2013 meningkat 7 persen menjadi 10.97 juta ton dari 10.25 juta ton pada 2012.
Namun, harga baja dunia (baja canai panas/HRC yang menjadi patokan harga baja dunia) di akhir 2012 turun ke level US$ 570-590 per ton dari posisi akhir 2011 sebesar US$ 690-720 per ton. Penurunan harga baja dunia bisa mempengaruhi nilai pasar baja Indonesia di 2013.
Prediksi peningkatan konsumsi baja di Indonesia didasarkan pada peningkatan investasi di sektor manufaktur, otomotif dan realisasi pembangunan sejumlah proyek infrastruktur pemerintah. Pertumbuhan industri baja pada tahun depan masih prospektif sepanjang industri dan kondisi ekonomi global terus membaik.