Seorang nelayan memasang bendera di perahunya dengan latar belakang aktivitas bongkar muat peti kemas PT Pelindo II di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (19/2). Investasi PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau Pelindo II terus mengalami kenaikan. Investasi tahun 2013 mengalokasikan sebesar Rp7 triliun. TEMPO/Aditia Noviansyah
TEMPO.CO, Jakarta - Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) menyatakan, kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis solar berimbas pada kebutuhan nelayan untuk melaut. Hampir 60 persen kebutuhan nelayan untuk berproduksi berasal dari pemenuhan solar bersubsidi.
"Berarti pasokan ikan akan berkurang. Ini bisa dijadikan alasan pemerintah mendorong kebijakan impor ikan," kata Sekretaris Jenderal KIARA, Abdul Halim, kepada Tempo, Selasa, 23 April 2013.
Volume impor ikan, lanjutnya, terus meningkat. Ini terlihat dari data tahun 2011 yang menunjukkan realisasi impor ikan sebanyak 450 ribu ton. Target impor ikan pada 2012 diketahui mencapai 600 ribu ton. Jika kelangkaan solar tidak segera diatasi, impor ikan tahun ini bisa mencapai di atas 650 ribu ton.
Bahaya lain dari kelangkaan solar bagi nelayan, kata dia, adalah kebutuhan sehari-hari keluarga nelayan tidak bisa tercukupi dan memunculkan ancaman kekurangan gizi. Kemudian, lanjut dia, kelangkaan solar bisa mengakibatkan terputusnya akses pendidikan dan kesehatan keluarga nelayan.
Seperti diketahui, belakangan ini terjadi kelangkaan solar bersubsidi di beberapa wilayah. Kelangkaan solar bersubsidi ini juga berimbas besar pada nelayan. Ratusan nelayan di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, tidak bisa melaut karena tidak kebagian jatah solar bersubsidi. Seorang nelayan di Kecamatan Muncar, Paimin, mengatakan, ia membutuhkan 400 liter solar untuk kebutuhan dua kapal ikannya. Namun Paimin tidak mendapatkannya saat ingin membeli di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) Muncar.
Begitu pun nelayan di Kota Langsa yang hingga kini masih kesulitan memperoleh solar bersubsidi. Bahkan, akibat ketiadaan solar itu, sejumlah kapal nelayan tak bisa melaut. Sedangkan SPBN Kuala Langsa yang diperuntukkan bagi penyediaan BBM nelayan, sejak berapa bulan terakhir, mengalami kekosongan stok solar bersubsidi.