BCA Keberatan Naikkan Porsi Kredit Usaha Kecil

Reporter

Selasa, 22 Januari 2013 21:44 WIB

Seorang pengunjung memilih kain batik Lasem, pada Finance & UMKM Expo di Semarang, Jateng, Jumat (25/5). ANTARA/R. Rekotomo

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Direktur Bank Central Asia, Jahja Setiaatmadja berkeberatan menaikkan porsi kredit untuk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Alasannya langkah tersebut dianggap membatasi penyaluran kredit produktif ke sektor lain. “Ini bisa menjadi pemberat untuk dukungan pada kredit besar,” katanya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi Keuangan dan Perbankan DPR, Selasa 22 Januari 2013.

Industri perbankan harus menaikan porsi kredit bagi UMKM setelah Bank Indonesia mewajibkan bank menyalurkan minimal 20 persen kredit ke UMKM sejak 21 Desember 2012. Keengganan BCA, menurut Jahja, karena memprediksi melonjaknya kebutuhan kredit besar untuk proyek infrastruktur seperti pembangunan pembangkit listrik dan jalan tol. Pembiayaan untuk proyek infrastruktur diperkirakan mencapai Rp 2 triliun per bank. "Untuk mencapai Rp 2 triliun, dibutuhkan berapa besar kredit ke UMKM," ucapnya.

Menurut Jahja, menjaga porsi kredit UMKM minimal 20 persen membatasi ruang gerak bank nasional. Akibatnya proyek-proyek besar akan diambil oleh bank asing. "(Bank lokal) akan tidak comply, dia tidak bisa penuhi, slotnya sudah habis.” Kendati menolak, Jahja mengklaim BCA termasuk tinggi dalam penyaluran kredit UMKM yang mencapai 15 persen.

Dalam aturannya, Bank Sentral menetapkan masa penyesuaian bagi perbankan selama 6 tahun hingga 2018. Dua tahun pertama, BI masih memberi kebebasan industri untuk menetapkan targetnya. Di tahun ketiga, perbankan harus mencapai minimal 5 persen pembiayaan UMKM, lalu 10 persen di tahun keempat, 15 persen di tahun kelima, dan 20 persen di tahun terakhir.

Besaran ini tidak berlaku bagi bank yang telah berfokus pada pembiayaan kepemilikan rumah untuk kepentingan rakyat. Namun, untuk memperbesar porsi kredit usaha kecilnya, perbankan dapat menggunakan mekanisme linkage maupun channeling. Bank Sentral memberikan kelonggaran bagi bank dengan fokus bisnis yang berbeda, lebih khusus lagi bank asing dan bank campuran. Kredit UMKM bisa disubstitusi dengan kredit ekspor non migas.

Wakil Direktur Utama Bank Permata, Herwidayatmo memaklumi kesulitan yang dikhawatirkan BCA. "Semua bank kalau diatur terlalu ketat kemungkinan seperti itu, tapi kalau Permata tidak masalah,” katanya. Porsi kredit UMKM Bank Permata, Herwidayatmi menambahkan, mencapai 14 persen.

Direktur Kepatuhan Bank Pan Indonesia (Panin Bank), Antonius Ketut Dwirianto menilai kebijakan BI tidak mengancam bisnisnya. Ia mengklaim porsi kredit usaha kecilnya mencapai 37-38 persen. Dwirianto menilai kredit UMKM memiliki potensi. Alasannya, "Tidak terdampak langsung oleh risiko nilai tukar," ujarnya.

Ekonom dari Universitas Gadjah Mada, Tony Prasetyantono menilai wajar kekhawatiran Jahja karena BCA berfokus pada kredit korporasi. "Tapi angka 20 persen bukan berlebihan,” katanya. Menurut Tony, banyak bank lain yang siap menerapkan kebijakan ini.

Ia menilai keengganan bank memperbesar porsi kredit UMKM justru menghindari peluang bisnis yang diprediksi terus berkembang. "UMKM menarik karena margin bunga bersih paling tebal. (Penyalurannya) memang ribet tapi jika bisa dikelola risikonya akan menjadi segmen unggulan, seperti halnya BRI dan Danamon menikmatinya,” ujarnya.

MARTHA THERTINA

Berita terkait

Koalisi Desak Perbankan Setop Investasi ke Energi Kotor dan Segera Beralih ke EBT

14 jam lalu

Koalisi Desak Perbankan Setop Investasi ke Energi Kotor dan Segera Beralih ke EBT

Koalisi organisasi masyarakat sipil mendesak agar kalangan perbankan berhenti memberikan dukungan pendanaan energi kotor seperti batu bara.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Dorong Lembaga Keuangan Prioritaskan Kredit untuk Difabel

3 hari lalu

Pemerintah Dorong Lembaga Keuangan Prioritaskan Kredit untuk Difabel

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mendorong lembaga keuangan penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk memprioritaskan kalangan difabel.

Baca Selengkapnya

17 Sekolah Bakti BCA Berhasil Tingkatkan Mutu dan Siap Naik Kelas

3 hari lalu

17 Sekolah Bakti BCA Berhasil Tingkatkan Mutu dan Siap Naik Kelas

BCA menggelar rangkaian Appreciation Day Sekolah Bakti BCA bertema "Building Better Future: Nurturing Dreams, Growing Leaders

Baca Selengkapnya

10 Cara Mengatasi M-Banking BCA Error, Salah Satunya Restart HP

3 hari lalu

10 Cara Mengatasi M-Banking BCA Error, Salah Satunya Restart HP

Berikut ini cara mengatasi M-Banking BCA error yang tidak bisa diakses di ponsel Android maupun iOS Apple. Bisa dengan menguninstall hingga hapus cach

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

6 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

7 hari lalu

Ekonom BCA Ungkap Peluang Penguatan Rupiah di Bawah Rp 16.000 per Dolar AS

Ketegangan di Timur Tengah yang perlahan mereda menjadi salah satu faktor peluang menguatnya rupiah.

Baca Selengkapnya

BCA Luncurkan Bukti Bakti BCA, Nicholas Saputra Menjadi Duta

10 hari lalu

BCA Luncurkan Bukti Bakti BCA, Nicholas Saputra Menjadi Duta

PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) meluncurkan Bukti Bakti BCA untuk program sosial dan lingkungan. Nicholas Saputra menjadi duta.

Baca Selengkapnya

Laba BCA Rp 12,9 T pada Kuartal Pertama, Ditopang Restrukturisasi yang Berangsur Normal

12 hari lalu

Laba BCA Rp 12,9 T pada Kuartal Pertama, Ditopang Restrukturisasi yang Berangsur Normal

Laba bank BCA mencapai Rp 12,9 triliun pada kuartal pertama 2024. Ada sejumlah kredit restrukturisasi yang mulai berangsur normal.

Baca Selengkapnya

Total Kredit BCA Tembus Rp 835,7 T per Kuartal Pertama, Tumbuh di atas Industri

12 hari lalu

Total Kredit BCA Tembus Rp 835,7 T per Kuartal Pertama, Tumbuh di atas Industri

BCA dan entitas anak membukukan kenaikan total kredit sebesar 17,1 persen secara tahunan menjadi Rp 835,7 triliun para kuartal I 2024.

Baca Selengkapnya

Ekonom BCA: Pelemahan Kurs Rupiah Dipengaruhi Konflik Geopolitik Timur Tengah, Bukan Sidang MK

13 hari lalu

Ekonom BCA: Pelemahan Kurs Rupiah Dipengaruhi Konflik Geopolitik Timur Tengah, Bukan Sidang MK

Kepala Ekonom BCA David Sumual merespons pelemahan rupiah. Ia menilai depresiasi rupiah karena ketegangan konflik geopolitik di Timur Tengah.

Baca Selengkapnya