Land Grabbing Dinilai Rugikan Petani

Reporter

Editor

Abdul Malik

Minggu, 14 Oktober 2012 20:22 WIB

Petani memanen padi di Rancanumpang, Kecamatan Gede Bage, Bandung, Jawa Barat, Senin (26/4). Pemprov Jabar akan menyalurkan bantuan bagi 786 desa di bidang pertanian, budidaya, dan pengolahan, untuk tingkatkan ketahan pangan. TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia, Khudori, menilai bahwa fenomena perampasan tanah (land grabbing) untuk mengatasi kriris pangan melalui kebijakan Bank Dunia yang mendukung pola pertanian terpadu skala besar (food estate) akan merugikan petani, terutama petani gurem.

“Seharusnya pemerintah memberikan lahan pertanian kepada petani, terutama petani gurem,” ujar Khudori ketika dihubungi Tempo, Minggu, 14 Oktober 2012.

Menurut dia, praktek land grabbing sudah lama dilakukan dan tidak mengejutkan, terutama sejak Eropa dan Amerika Serikat mengalami krisis ekonomi. Komoditas pangan kemudian dijadikan investasi baru. “Investasi pangan menjadi menarik karena tidak ada lagi harga pangan yang murah. Inilah yang menarik bagi investor,” katanya.

Khudori lalu menjelaskan soal tiga faktor yang setidaknya menyebabkan krisis pangan. “Pertama, kegagalan panen yang menimpa negara-negara eksportir di dunia karena perubahan iklim atau serangan hama dan sebagainya, seperti yang menimpa negara-negara eksportir dunia. Misalnya gagal panen kedelai yang baru terjadi di Amerika. Kedua, krisis energi yang disebabkan oleh komoditas pangan penghasil energi alternatif, misalnya jagung penghasil bioetanol yang mengalami kenaikan harga. Ketiga, spekulasi di pasar komoditas,” tuturnya.

Khudori mengimbau pemerintah agar membuat aturan dan kebijakan yang benar-benar melindungi petani terkait dengan kepemilikan lahan. “Sayangnya, jika kita melihat pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Asing, tidak dibedakan antara pihak asing dan domestik,” katanya.

Menurut dia, dalam kondisi krisis pangan, beberapa harga komoditas pangan untuk ekspor cenderung menurun, seperti yang terjadi di Indonesia--yaitu minyak sawit mentah (CPO), kopi, kakao, teh, dan sejenisnya.

FIONA PUTRI HASYIM

Berita terkait

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

20 jam lalu

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

Menteri Pertanian Ukraina Mykola Solsky ditahan setelah ditetapkan sebagai tersangka resmi dalam penyelidikan korupsi bernilai jutaan dolar

Baca Selengkapnya

Pengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia

3 hari lalu

Pengamat Pertanian Ragu Benih dari Cina Cocok di Indonesia

Pengamat Pertanian Khudori meragukan sistem usaha tani dari Cina yang akan diterapkan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Pupuk Subsidi Sudah Bisa Ditebus, Hanya di Kios Resmi

6 hari lalu

Pupuk Subsidi Sudah Bisa Ditebus, Hanya di Kios Resmi

PT Pupuk Indonesia mengumumkan pupuk subsidi sudah bisa ditebus di kios pupuk lengkap resmi wilayah masing-masing.

Baca Selengkapnya

Kemendag Dorong Produk Pertanian Indonesia Masuk Pasar Australia, Manggis Paling Diminati

6 hari lalu

Kemendag Dorong Produk Pertanian Indonesia Masuk Pasar Australia, Manggis Paling Diminati

Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Atase Perdagangan RI di Canberra berupaya mendorong para pelaku usaha produk pertanian Indonesia memasuki pasar Australia.

Baca Selengkapnya

Erupsi Marapi Rusak Ribuan Hektare Lahan Pertanian

16 hari lalu

Erupsi Marapi Rusak Ribuan Hektare Lahan Pertanian

Erupsi Gunung Marapi di Sumatera Barat telah merusak hingga ribuan hektare lahan pertanian di sekitar wilayah tersebut.

Baca Selengkapnya

Google Manfaatkan AI untuk Dukung Produktivitas Pertanian, Diklaim Sukses di India

28 hari lalu

Google Manfaatkan AI untuk Dukung Produktivitas Pertanian, Diklaim Sukses di India

Google berupaya untuk mengimplementasikan teknologi Google AI AnthroKrishi ini untuk skala global, termasuk Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jokowi Resmikan Rehabilitasi Bendungan dan Irigasi Gumbasa, Nilainya Mencapai Rp 1,25 Triliun

30 hari lalu

Jokowi Resmikan Rehabilitasi Bendungan dan Irigasi Gumbasa, Nilainya Mencapai Rp 1,25 Triliun

Jokowi pada hari ini meresmikan bendungan dan daerah irigasi Gumbasa di Kabupaten Sigi, Sulteng yang telah direhabilitasi dan direkonstruksi.

Baca Selengkapnya

Guru Besar Unpad Ajarkan Empat Metode Pemberantasan Gulma Tani, Mana yang Paling Efektif?

31 hari lalu

Guru Besar Unpad Ajarkan Empat Metode Pemberantasan Gulma Tani, Mana yang Paling Efektif?

Guru Besar Unpad memaparkan sejumlah metode pemberantasan gulma di lahan tani. Pemakaian hebrisida efektif, namun berisiko.

Baca Selengkapnya

Pemkab Kukar Gelontorkan 700 M untuk Perkuat Sektor Pertanian

39 hari lalu

Pemkab Kukar Gelontorkan 700 M untuk Perkuat Sektor Pertanian

Kukar merupakan daerah lumbung pangan bagi Provinsi Kalimantan Timur

Baca Selengkapnya

Dedikasi Edi Damasnyah Bangkitkan Pertanian Kutai Kartanegara

43 hari lalu

Dedikasi Edi Damasnyah Bangkitkan Pertanian Kutai Kartanegara

Program pengairan dan alsintan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Kukar.

Baca Selengkapnya