Pekerja memindahkan Mainan kuda-kudaan sebelum dicat di toko mainan kayu milik Umar, di Kalibata, Jakarta Selatan, Senin 11 Juni 2012. Mainan yang dibuat di tempat ini sempat diekspor ke beberapa negara seperti Belanda, Jerman dan Australia dari tahun 1980 an hingga tahun 2000. Ekspor terhenti karena aksi teror bom Bali dan Kuningan dan mainan tersebut dipatok dengan harga 60 hingga 200 ribu. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia akan menggunakan ajang World Export Development Forum (WEDF) 2012 sebagai ajang untuk diversifikasi pasar. WEDF yang akan dihelat pada 15-17 Oktober akan melibatkan sekitar 500 pebisnis serta pembuat kebijakan dari 50 negara dengan pasar berkembang (emerging markets) di Asia Pasifik, Timur Tengah dan Afrika.
"Ini upaya untuk mendiversifikasi pasar kita. Upaya market diversification. Kalau cukup financing maka bisa diversification product," kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Gusmardi Bustami di acara jumpa pers WEDF di Kementerian Perdagangan, Jumat, 12 Oktober 2012.
Gusmardi memberi contoh bagaimana dalam forum ini Indonesia bisa memperluas pasar ke Afrika. Beberapa negara Afrika yang tidak menjadi mitra utama perdagangan, seperti Mali dan Kamerun dinilai prospektif untuk menjadi relasi dagang. "Pebisnis yang hadir (dalam forum) harus melihat ini adalah pasar yang besar. Kita harus eksekusi peluang ini," katanya.
Lebih lanjut, Gusmardi menilai negara Selatan-Selatan merupakan kekuatan ekonomi yang tengah berkembang dan potensial. Oleh sebab itu, forum ini merupakan suatu cara untuk menghubungkan pasar yang tengah berkembang ini khususnya dengan kondisi negara-negara di Utara yang tengah diterpa krisis. "Indonesia mengambil inisiatif, semoga ditemukan ide untuk berhubungan sehingga bisa mendorong relasi dagang selatan-selatan," katanya.
Namun, Gusmardi enggan menyebut target investasi atau ekspor apa yang hendak diraih Indonesia melalui forum ini. Ia menyatakan bahwa forum ini merupakan ajang komunikasi atau dialog untuk menemukan cara serta menentukan kebijakan apa sehingga bisa terjalin sebuah relasi dagang yang saling menguntungkan antar peserta khususnya negara di selatan-selatan. "Kita harus lihat masukan apa yang bisa kita dapat, tidak ada target (spesifik)," katanya.