Pembentukan Lembaga Pangan Dinilai Pemborosan

Kamis, 27 September 2012 18:56 WIB

Seorang pekerja memikul beras di Gudang Bulog Divisi regional Makassar, Selasa (3/4). TEMPO/Hariandi Hafid

TEMPO.CO, Jakarta - Rencana pembentukan lembaga baru implementasi dari Rancangan Undang-undang (RUU) Pangan dianggap tidak efektif. Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Indonesia Franky Sibarani menyatakan pembentukan lembaga baru hanya membebani anggaran negara di masa depan.

"Hanya pemborosan saja, kenapa tidak mengoptimalkan lembaga yang ada saat ini," ujarnya ketika dihubungi, Kamis, 27 September 2012.

Ia menilai pembentukan lembaga baru dikhawatirkan semakin membebani anggaran belanja negara, sebab di samping memerlukan sumber daya manusia dan anggaran yang tidak sedikit, keberadaannya belum tentu berdampak pada regulasi menjaga stabilitas pangan. "Belum tentu bakal semakin membantu dalam kebijakan pangan.”

Pembentukan lembaga itu menuntut perampingan lembaga pengatur pangan, namun dalam kenyataannya hal itu tidaklah mudah. "Nantinya malah kontradiktif. Yang seharusnya mengatur kebijakan pangan malah sibuk membahas lembaga," kata Franky.

Franky berharap pembahasan RUU Pangan segera diteken pemerintah sehingga mampu menelurkan kebijakan strategis dalam melindungi pangan nasional. "RUU-nya memang perlu, tapi tidak harus dengan mengganti lembaganya.”

Saat ini pembahasan RUU pangan yang dibahas DPR bersama pemerintah telah memasuki tahap akhir. RUU pengganti UU Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan ini diharapkan bisa selesai sebelum akhir tahun ini.

Firman Soebagyo, Wakil Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat sekaligus salah satu Pimpinan Panitia Kerja RUU Pangan, menambahkan, pembentukan lembaga baru justru dibutuhkan untuk memangkas kesemrawutan dalam penyediaan dan distribusi pangan saat ini. "Justru dengan lembaga ini bakal memupus kartel dan mafia pangan," katanya.

DPR dan pemerintah telah menyepakati lembaga baru pangan yang independen langsung di bawah koordinasi Presiden. Selama ini pengelolaan pangan masih mengikuti mekanisme pasar yang dikuasai kalangan swasta. "Akhirnya seperti ini harga mahal, pasokan sulit sebab swasta yang mengatur," ujarnya.

Ia berharap keberadaan Perusahaan Umum Bulog nantinya bisa dilebur dalam lembaga baru itu serta berubah fungsi untuk dikembalikan sebagai buffer stock sejumlah bahan pangan. "Soal namanya saya lebih setuju Bulog saja, cuma jadi badan yang langsung di bawah Presiden," ucapnya.

Rencananya RUU pangan bakal segera disahkan pemerintah Oktober mendatang. "Ada sedikit pasal dan masukan yang belum dimasukkan, mungkin tidak lama lagi disepakati," kata Firman.

JAYADI SUPRIADIN

Berita lain:
Bea Cukai Beli Anjing Pelacak Rp 450 Juta

2015, Instalasi Listrik ke Malaysia Terpasang

Tingginya Permintaan Dolar AS Lemahkan Rupiah

Harga Perkantoran Ciputra Naik 55 Persen

BPK: Jamsostek Tak Efektif Salurkan Dana Pensiun

Berita terkait

Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

10 jam lalu

Guru Besar IPB Ungkap Keunggulan Pendekatan Metabolomik untuk Deteksi Kehalalan Pangan

Metode-metode analisis pangan halal yang telah dikembangkan selama ini memiliki keterbatasan.

Baca Selengkapnya

Di Forum APEC, ID FOOD Ungkap Peningkatan Akses Perempuan di Sektor Pangan Melalui Digitalisasi

11 hari lalu

Di Forum APEC, ID FOOD Ungkap Peningkatan Akses Perempuan di Sektor Pangan Melalui Digitalisasi

APEC Workshop ini diikuti oleh para delegasi negara di kawasan Asia Pacifik.

Baca Selengkapnya

Harga Daging dan Cabai Turun di Akhir Libur Lebaran 2024

15 hari lalu

Harga Daging dan Cabai Turun di Akhir Libur Lebaran 2024

Harga komoditas pangan seperti daging, telur, cabai, dan garam turun pada Senin, 15 April 2024.

Baca Selengkapnya

ID FOOD Beberkan Cadangan Pangan Pemerintah: Stok Aman selama Libur Lebaran

18 hari lalu

ID FOOD Beberkan Cadangan Pangan Pemerintah: Stok Aman selama Libur Lebaran

Holding BUMN Pangan ID FOOD memastikan ketersediaan pasokan pangan selama libur Lebaran.

Baca Selengkapnya

PLN dan BNI Gelar Paket Sembako Murah untuk Ojol dan Masyarakat Umum

22 hari lalu

PLN dan BNI Gelar Paket Sembako Murah untuk Ojol dan Masyarakat Umum

PLN dan BNI menghadirkan 1.500 paket sembako harga murah Rp 59 ribu untuk pengemudi Ojol dan masyarakat umum.

Baca Selengkapnya

Menjelang Lebaran, Harga Daging dan Cabai Kian Melonjak

23 hari lalu

Menjelang Lebaran, Harga Daging dan Cabai Kian Melonjak

Menjelang Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran 2024, sejumlah harga bahan pokok kian melonjak. Per 7 April 2024, Panel Harga Pangan dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat mencatat harga daging sapi, daging ayam, cabai, bawang merah, dan bawang putih masih naik.

Baca Selengkapnya

Analis: Potensi Inflasi Masih Berlanjut, Nilai Tukar Rupiah Diperkirakan Makin Anjlok

26 hari lalu

Analis: Potensi Inflasi Masih Berlanjut, Nilai Tukar Rupiah Diperkirakan Makin Anjlok

Analis Ibrahim Assuaibi memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini makin merosot menyentuh level Rp 15.910 sampai Rp 15.960.

Baca Selengkapnya

Emiten Pupuk SAMF Cetak Laba Bersih Rp 420,07 M, Melejit 21 Persen

28 hari lalu

Emiten Pupuk SAMF Cetak Laba Bersih Rp 420,07 M, Melejit 21 Persen

Emiten pupuk PT Saraswanti Anugerah Makmur Tbk. mencetak laba bersih tahun berjalan senilai Rp 420,07 miliar sepanjang 2023.

Baca Selengkapnya

Antisipasi Kenaikan Harga Pokok, Ombudsman Minta Perpanjang Bantuan Pangan hingga Desember

34 hari lalu

Antisipasi Kenaikan Harga Pokok, Ombudsman Minta Perpanjang Bantuan Pangan hingga Desember

Ombudsman RI meminta pemerintah memperpanjang bantuan pangan hingga Desember 2024.

Baca Selengkapnya

Harga Bahan Pokok Hari Ini, Beras Premium Masih Tinggi

35 hari lalu

Harga Bahan Pokok Hari Ini, Beras Premium Masih Tinggi

Harga bahan pokok terkini, sebagian besar mengalami kenaikan, seperti beras dan cabai.

Baca Selengkapnya