Bumi Diminta Klarifikasi Dugaan Penyelewengan

Reporter

Editor

Grace gandhi

Rabu, 26 September 2012 05:33 WIB

TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO , Jakarta: Dugaan penyelewengan di PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU) menjadi salah satu penyebab anjloknya saham Bumi Plc di bursa London. Dalam perdagangan kemarin, harga saham Bumi Plc kembali turun 24,66 persen.

Jumat akhir pekan lalu, saham Bumi Plc telah jatuh 21,7 persen sehingga selama dua hari perdagangan, saham BUMI Plc telah merosot 46,33 persen.

Saham Bumi Plc telah anjlok 86 persen pada tahun ini atau kinerja perusahaan terburuk pada indeks pertambangan FTSE 350. Saham terbebani turunnya harga batu bara di pasar global dan kekhawatiran tingginya utang perseroan.

Setelah terjerembab dalam berbagai masalah utang dan kerugian transaksi derivatif, Bumi Resources kembali tersandung masalah. Bumi Plc, induk perusahaan sekaligus pemegang 29 persen saham Bumi Resources yang berbasis di London, telah meminta tim investigasi independen untuk menyelidiki dugaan penyelewengan yang terjadi di Bumi Resources dan Berau Coal.

Di dalam situs resminya, investigasi tersebut akan berfokus pada dana pengembangan yang ada di Bumi Resources dan aset di Berau Coal, yang dihapuskan nilainya menjadi nol dalam akun Bumi Plc per 31 Desember 2011, kecuali investasi sebesar US$ 39 juta dalam neraca konsolidasi. Sayangnya, tidak disebutkan berapa nilai investasi dana pengembangan di dua anak perusahaan tersebut.

Kecurigaan Bumi Plc terhadap adanya penyelewengan investasi di Bumi Resources dan Berau Coal sudah muncul ketika auditor mereka gagal dalam melakukan verifikasi aset di dua anak perusahaan tersebut. Mengikuti kabar tersebut, Ari Sapta Hudaya - Direktur Non-Eksekutif Bumi Plc, mengundurkan diri efektif mulai Senin, 24 September 2012.

Analis dari PT Millenium Danatama Sekuritas, Abidin, mengatakan dana pengembangan di anak perusahaan harus digunakan sesuai alokasinya. Apabila BUMI terbukti melakukan penyelewengan maka dapat dikatakan sebagai kejahatan. “Jika benar demikian, sungguh praktik yang tidak sehat,” kata dia.

Menurut Abidin, apabila dana pengembangan dalam laporan keuangan perusahaan tercatat nol, artinya dana tersebut telah habis atau sudah dipakai perusahaan. Namun, publik belum dapat mengatakan sebagai penyelewengan sebelum adanya hasil tim investigasi. Apabila tidak dapat dibuktikan dalam bentuk aset maka baru bisa dikatakan sebagai penyelewengan.

Ia menyarankan investor untuk berhati-hati dengan saham BUMI maupun BRAU. Terutama BUMI, investor sebaiknya menunggu klarifikasi resmi dari perseroan karena dikhawatirkan harganya masih bisa jatuh. "Bagi yang ingin berspekulasi, beli saham BUMI ketika menyentuh RP 500 per lembar," ujar Abidin.

Kepala Riset dari PT MNC Securities, Edwin Sebayang, mengatakan seharusnya ada kejelasan dari Bumi Resources untuk mengklarifikasi masalah ini agar tidak membingungkan investor. "Sebagai perusahaan publik, akan lebih bijaksana jika BUMI memberikan penjelasan secara detail apa yang sedang terjadi sebenarnya."

Bumi Plc berdiri pada 2011, setelah Vallar Plc yang didirikan oleh Nathaniel Rothschild membeli kepemilikan Bumi Resources dan Berau Coal Energy senilai US$ 3 miliar. Vallar Plc pun berganti nama menjadi Bumi Plc dengan Nathaniel Rothschild sebagai Direktur Eksekutif dan Samin Tan sebagai Chairman.

M. AZHAR | PDAT



Berita Terkait:
Investigasi Dimulai, Direktur Bumi Plc Mundur

Bumi Resources Diperiksa Gara-gara Whistleblower

Barron: Valuasi Saham Facebook US$ 15

eTrading Securities: Indeks Cenderung Menguat

Panin Sekuritas: Pasar Minim Sentimen Positif

Berita terkait

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

5 hari lalu

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?

Baca Selengkapnya

Senin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus

36 hari lalu

Senin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus

BEI akan menerapkan mekanisme perdagangan lelang berkala secara penuh atau full call auction di Papan Pemantauan Khusus pada Senin pekan depan.

Baca Selengkapnya

Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun

25 Februari 2024

Pekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun

Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.

Baca Selengkapnya

Microsoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI

30 Januari 2024

Microsoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI

Para investor sepakat bahwa Microsoft berkembang jauh lebih signifikan dibanding Apple, bahkan untuk lima tahun ke depan.

Baca Selengkapnya

Israel Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober

5 Desember 2023

Israel Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober

Israel sedang menyelidiki klaim peneliti AS bahwa beberapa investor mungkin telah mengetahui sebelumnya tentang rencana serangan Hamas

Baca Selengkapnya

Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual

4 Desember 2023

Potensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.

Baca Selengkapnya

BEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham

30 November 2023

BEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham

Dari sisi transaksi bursa karbon tercatat sudah ada lebih dari 490 ribu ton dengan nilai harga jual karbon terakhir senilai Rp 59.200.

Baca Selengkapnya

2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun

26 Oktober 2023

2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membidik rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) pada tahun 2024 sebesar Rp 12,25 triliun pada tahun 2024.

Baca Selengkapnya

Transaksi Harian Jeblok 29 Persen, BEI: Ada Shifting Investasi dengan New Normal

7 Oktober 2023

Transaksi Harian Jeblok 29 Persen, BEI: Ada Shifting Investasi dengan New Normal

Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan alasan nilai transaksi harian di pasar modal Indonesia yang jeblok dibandingkan tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Ini Kata OJK Soal Evaluasi Perdagangan Bursa Karbon

2 Oktober 2023

Ini Kata OJK Soal Evaluasi Perdagangan Bursa Karbon

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) buka suara perihal evaluasi perdagangan bursa karbon selama pekan pertama usai peluncuran.

Baca Selengkapnya