TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Bank Indonesia, Hartadi A. Sarwono membenarkan, utang luar negeri swasta dalam beberapa tahun berakhir menunjukkan tren yang meningkat. "Kenaikan utang luar negeri swasta ini dapat dipahami karena sejalan dengan kebutuhan pembiayaan kegiatan ekonomi yang juga dalam tren meningkat dalam beberapa tahun terakhir ini," ucap Hartadi, Kamis, 20 September 2012.
Hartadi menjelaskan, posisi utang swasta non-bank untuk Juli 2012 tercatat US$ 100,2 miliar, meningkat dari posisi Desember 2010 yang sebesar US$ 69,4 miliar dan posisi Desember 2011 sebesar $88,2 miliar. Meski begitu, sebagian besar komposisi utang luar negeri swasta tersebut merupakan utang ke pihak terafiliasi. "Sehingga mekanisme rollover menjadi lebih mudah," ucapnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan, Agus Martowardojo mengungkapkan kekhawatirannya atas rasio utang swasta. Ia bahkan sempat mengingatkan pebisnis nasional agar berhati-hati terhadap rasio utang masing-masing.
Menurut dia, pebisnis perlu menjaga pengelolaan utangnya agar jika terjadi shock di perekonomian, kondisi perusahaan tetap sehat. Agus mengatakan rasio utang swasta telah mencapai kurang lebih 30 persen dari kewajiban ekspor-nya. Idealnya, rasio utang berada di bawah itu.
Hartadi membenarkan, jika dikaitkan dengan ekspor, rasio utang luar negeri swasta terhadap ekspor mengalami peningkatan akhir-akhir ini. Namun, kenaikan rasio ini dapat dipahami karena banyak dipengaruhi oleh ekspor yang turun tajam di tahun 2012. Penurunan ekspor ini akibat pelemahan ekonomi global dan penurunan harga komoditi dunia.
"Penurunan tajam ekspor itu akhirnya mengakibatkan rasio pembayaran total utang luar negeri terhadap ekspor (debt to service ratio/DSR) meningkat tajam," ucap Hartadi.
Rasio DSR tercatat naik dari 19,8 persen pada akhir 2010 dan 21,3 persen pada akhir 2011 menjadi 30,5 persen pada Juli 2012. "Ke depan, kita berharap DSR dapat kembali menurun sejalan dengan penguatan ekonomi global dan kenaikan harga komoditi sehingga kemudian dapat menaikkan ekspor kita," ucapnya.
Selain itu, ia berharap utang luar negeri swasta tetap digunakan secara berhati-hati dan diarahkan ke sektor produktif terutama yang berorientasi ekspor sehingga rasionya tetap terjaga dalam kondisi sehat.
MARTHA THERTINA
Berita Terpopuler:
Korban Kebakaran Tak Akan Coblos Calon Lain
Penyebar Selebaran Isu SARA Jadi Tersangka
Tetangga Nara Mantap Pilih Jokowi
New York Times Soroti Pencalonan Joko Widodo
Ini Dialog yang Dimanipulasi dalam Film Anti-Islam
Berita terkait
5 Tips Pengelolaan Keuangan untuk Pasangan Long Distance Marriage
1 hari lalu
Long Distance Marriage semakin banyak dialami pasangan suami istri di Indonesia. Simak 5 tips pengelolaan keuangan keluarga.
Baca SelengkapnyaSatgas PASTI Hentikan 915 Entitas Keuangan Ilegal hingga April 2024
2 hari lalu
Satgas PASTI menutup aktivitas 915 entitas keuangan ilegal, yang terdiri 19 investasi ilegal dan dan 896 pinjol ilegal selama 1 Januari-30 April 2024.
Baca SelengkapnyaOJK Tambah Kriteria Konglomerasi Keuangan di Rancangan Peraturan OJK yang Baru
2 hari lalu
Dalam Rancangan Peraturan OJK yang baru, total aset konglomerasi keuangan paling sedikit Rp 20 triliun sampai dengan kurang dari Rp 100 triliun.
Baca SelengkapnyaBank Mandiri Meraih Peringkat BBB, Apa Artinya? Ini Skala Peringkat dari Fitch Ratings
5 hari lalu
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk meraih kenaikan peringkat menjadi BBB dai Fitch Rating. Tak hanya BBB, terdapat jenis peringkat lain.
Baca SelengkapnyaIzin Usaha TaniFund Dicabut, Ini Profil Bisnisnya
6 hari lalu
Mendapat lisensi resmi dari OJK pada 2021, izin operasi TaniFund akhirnya dicabut OJK akibat gagal bayar.
Baca SelengkapnyaKuartal I-2024, KSSK Sebut Stabilitas Sistem Keuangan RI Terjaga meski Ketidakpastian Meningkat
13 hari lalu
Menkeu Sri Mulyani mengatakan Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia pada kuartal pertama tahun 2024 masih terjaga.
Baca SelengkapnyaPenyaluran Pendanaan AdaKami Rp 4,6 Triliun dalam 4 Bulan
16 hari lalu
Penyaluran pendanaan AdaKami pada Januari-April 2024 mencapai Rp 4,6 triliun.
Baca SelengkapnyaKinerja Keuangan Dinilai Baik, Bank DBS Raih 2 Peringkat dari Fitch Ratings Indonesia
21 hari lalu
Bank DBS Indonesia meraih peringkat AAA National Long-Term Rating dan National Short-Term Rating of F1+ dari Fitch Ratings Indonesia atas kinerja keuangan yang baik.
Baca SelengkapnyaInggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN
21 hari lalu
Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.
Baca SelengkapnyaNajeela Shihab Sayangkan Literasi Keuangan Anak Masih Rendah, Tapi Akses Keuangan Sudah Tinggi
21 hari lalu
Najeela Shihab menilai kualitas hubungan dalam keluarga sangatlah menentukan kemampuan seseorang untuk punya literasi keuangan yang baik.
Baca Selengkapnya