TEMPO.CO, Jakarta - Produsen makanan ringan, PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk membukukan laba komprehensif tahun berjalan sebesar Rp 126,95 miliar di semester kesatu 2012. Jumlah ini naik pesat 212 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sebesar Rp 40,64 miliar.
Direktur Utama Tiga Pilar Sejahtera Stefanus Joko Mogoginta mengatakan kenaikan laba bersih perusahaan dipicu oleh naiknya penjualan bersih hingga Juni 2012. "Perusahaan mencatat penjualan bersih sebesar Rp 1,28 triliun, naik dari periode 30 Juni 2011 sebesar Rp 746,12 miliar," ujar Stefanus di Jakarta, kemarin.
Menurut Stefanus, penjualan bersih disumbang dari tiga kelompok produk, yakni manufaktur makanan, produk beras, dan agribisnis. Manufaktur makanan yang disumbang dari makanan pokok dan makanan konsumsi menyumbang penjualan sebesar Rp 619,39 miliar.
Sedangkan produk beras menyumbang penjualan Rp 698,29 miliar dan agribisnis sebesar Rp 20,8 miliar. Setelah dikurangi diskon penjualan sebanyak Rp 52,6 miliar, perusahaan memperoleh penjualan bersih sebesar Rp 1,28 triliun.
Peningkatan penjualan seiring dengan peningkatan beban pokok penjualan mencapai Rp 1,01 triliun, dari sebelumnya Rp 569,77 miliar. Sehingga diperoleh laba kotor sebanyak Rp 267,33 miliar.
Pada tahun ini, perseroan mesti membayar utang yang jatuh tempo sebesar Rp 707,76 miliar. Itu terdiri dari utang sewa pembuatan sebesar Rp 12,28 miliar dan utang bank jangka panjang Rp 695,48 miliar. Sementara itu, total liabilitas hingga 30 Juni ini mencapai Rp 1,73 triliun. Jumlah itu turun tipis dari posisi 31 Desember 2011 sebesar Rp 1,75 triliun. Sedangkan total ekuitas saat ini mencapai Rp 1,96 triliun.
Saat ini, emiten dengan kode efek AISA itu memiliki kas internal sebesar Rp 299 miliar dengan total aset mencapai Rp 3,69 triliun per 30 Juni 2012.
SUTJI DECILYA
Berita ekonomi lainnya:
Ekonomi Indonesia Tumbuh, Kelas Menengah Bahagia
Papua Masih Daerah Termiskin di Indonesia
Menteri Hatta Belum Tahu Ada Impor Buah Israel
42 Ribu Barrel Minyak RI Hilang Setiap Hari
Pemerintah Siapkan untuk Kebijakan Bendung Impor
Pembangunan Bandara Baru Yogya Butuh Insentif
Kehabisan Tenaga, Rupiah Kembali Melemah
Harga Minyak Brent Mulai Naik
Berita terkait
BI Catat Rp 2,47 T Modal Asing Tinggalkan RI Pekan Ini
2 hari lalu
BI mencatat aliran modal asing yang keluar pada pekan keempat April 2024 sebesar Rp 2,47 triliun.
Baca SelengkapnyaHari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?
7 hari lalu
Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?
Baca SelengkapnyaSenin Depan, BEI Terapkan Full Call Auction di Papan Pemantauan Khusus
39 hari lalu
BEI akan menerapkan mekanisme perdagangan lelang berkala secara penuh atau full call auction di Papan Pemantauan Khusus pada Senin pekan depan.
Baca SelengkapnyaPekan Keempat Februari, Aliran Modal Asing Masuk Rp 1,01 Triliun
25 Februari 2024
Aliran modal asing tetap surplus kendati ada penjualan Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), karena jumlah modal masuk ke pasar saham jauh lebih besar.
Baca SelengkapnyaMicrosoft Salip Apple di Pasar Saham dengan Keunggulan AI
30 Januari 2024
Para investor sepakat bahwa Microsoft berkembang jauh lebih signifikan dibanding Apple, bahkan untuk lima tahun ke depan.
Baca SelengkapnyaIsrael Selidiki Investor Untung Jutaan Dollar karena Sudah Antisipasi Serangan Hamas 7 Oktober
5 Desember 2023
Israel sedang menyelidiki klaim peneliti AS bahwa beberapa investor mungkin telah mengetahui sebelumnya tentang rencana serangan Hamas
Baca SelengkapnyaPotensi Bursa Karbon Cukup Besar, Bos OJK: 71,95 Persen Karbon Masih Belum Terjual
4 Desember 2023
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi menjelaskan bahwa ke depan potensi bursa karbon masih cukup besar.
Baca SelengkapnyaBEI Ungkap Penyebab Sepinya Bursa Karbon Dibandingkan dengan Bursa Saham
30 November 2023
Dari sisi transaksi bursa karbon tercatat sudah ada lebih dari 490 ribu ton dengan nilai harga jual karbon terakhir senilai Rp 59.200.
Baca Selengkapnya2024, BEI Bidik Nilai Transaksi Harian Rp 12,25 Triliun
26 Oktober 2023
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membidik rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) pada tahun 2024 sebesar Rp 12,25 triliun pada tahun 2024.
Baca SelengkapnyaTransaksi Harian Jeblok 29 Persen, BEI: Ada Shifting Investasi dengan New Normal
7 Oktober 2023
Bursa Efek Indonesia (BEI) membeberkan alasan nilai transaksi harian di pasar modal Indonesia yang jeblok dibandingkan tahun lalu.
Baca Selengkapnya