BI: Peringkat Utang Indonesia Layak Lebih Tinggi  

Reporter

Editor

Selasa, 24 April 2012 09:37 WIB

Teller menghitung di Bank Indonesia, Jakarta, (10/12). Terhitung tanggal 31/12/2008, BI menarik uang pecahan uang kertas ini dari peredaran. TEMPO/ Amston Probel

TEMPO.CO, Jakarta - Lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor memutuskan menahan peringkat utang Indonesia satu level di bawah peringkat layak investasi. Direktur Eksekutif Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI, Perry Warjiyo, mengatakan keputusan itu tak sesuai dengan harapan BI. "Ini tidak seperti yang kami harapkan," ujarnya seusai menjadi pembicara dalam diskusi Hitung Ulang Guncangan Harga BBM di Jakarta, Senin, 23 April 2012.

Sebelumnya, dua lembaga pemeringkat internasional sekelas S&P, yakni Moodys dan Fitch Ratings, sudah lebih dulu menghadiahi Indonesia peringkat layak investasi. (Baca: S&P: Peringkat Utang Indonesia Tetap)

Perry menilai Indonesia sudah layak dihargai lebih tinggi mengingat ekonomi Indonesia terus tumbuh. Dibandingkan dengan 2009 ketika ekonomi hanya bertumbuh 4,5 persen, pertumbuhan saat ini sudah melewati enam persen. Perbankan, kata dia, juga cukup kuat. Kebijakan makro cukup tepat dan kondisi moneter serta fiskal juga tetap terkendali. Selain itu, risiko utang Indonesia rendah, masih di bawah 30 persen.

Soal alasan S&P menahan peringkat Indonesia lantaran adanya ketidakpastian kebijakan penghematan subsidi BBM, kontrak pertambangan dan kedalaman pasar keuangan, Perry menilai seharusnya hal itu bukan masalah. "Kalau kami lihat dari sisi BBM, memang ada ketidakpastian, tapi kalau kami lihat dampaknya terhadap fiskal, itu masih manageable," ujar dia.

Lagipula, Perry menambahkan, defisit paling tinggi hanya 2,8 persen kalau semua anggaran diserap. Dari sisi itu, kalau dikaitkan dengan keberlanjutan fiskal, Indonesia masih cukup kuat. Bank Indonesia, kata dia, juga terus mendorong pendalaman pasar keuangan, salah satunya dengan menambah produk. Selain itu, Indonesia juga terus memperkuat infrastruktur.

Meskipun kecewa, Perry menyadari S&P memiliki pertimbangannya sendiri. "Dari sisi Indonesia, kami akan terus tunjukkan makro ekonomi kuat, risiko utang rendah," ujarnya.

MARTHA THERTINA

Berita terkait

Peneliti Paramadina Sebut Nilai Tukar Rupiah Melemah Bukan karena Konflik Iran-Israel

6 hari lalu

Peneliti Paramadina Sebut Nilai Tukar Rupiah Melemah Bukan karena Konflik Iran-Israel

Nilai tukar rupiah yang melemah menambah beban karena banyak utang pemerintah dalam denominasi dolar AS.

Baca Selengkapnya

Bayar Utang Pupuk Subsidi Rp 10,4 Triliun, Jokowi: Tunggu Hasil Audit

26 hari lalu

Bayar Utang Pupuk Subsidi Rp 10,4 Triliun, Jokowi: Tunggu Hasil Audit

Presiden Joko Widodo tak menyangkal ada kekurangan membayar pemerintah kepada PT Pupuk Indonesia (Persero) soal utang pupuk subsidi.

Baca Selengkapnya

Utang Pemerintah Tembus Rp 8.253 Triliun, Kemenkeu: Risiko Bunga, Kurs dan Jatuh Tempo Terkendali

54 hari lalu

Utang Pemerintah Tembus Rp 8.253 Triliun, Kemenkeu: Risiko Bunga, Kurs dan Jatuh Tempo Terkendali

Jubir Menteri Keuangan Sri Mulyani, Yustinus Prastowo, yakin utang pemerintah mencapai Rp 8.253,09 triliun per 31 Januari 2024 masih tergolong aman.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Komentar Bank Dunia soal Program Makan Siang Gratis, BRI Bagi Dividen Rp 48 T

57 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Komentar Bank Dunia soal Program Makan Siang Gratis, BRI Bagi Dividen Rp 48 T

Bank Dunia mengomentari program usungan Prabowo Subianto, yaitu makan siang gratis. Bank BRI akan membagikan dividen Rp 48 T.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: NASA Soroti Deforestasi IKN, Prabowo Yakin Indonesia Bisa Swasembada Energi dengan Singkong

58 hari lalu

Terpopuler Bisnis: NASA Soroti Deforestasi IKN, Prabowo Yakin Indonesia Bisa Swasembada Energi dengan Singkong

NASA dalam foto satelitnya menyoroti deforestasi yang terjadi di IKN.

Baca Selengkapnya

Utang Pemerintah Cetak Rekor Tertinggi di Era Jokowi

59 hari lalu

Utang Pemerintah Cetak Rekor Tertinggi di Era Jokowi

Utang pemerintah di era Jokowi menembus rekor tertinggi, mencapai Rp 8.253,09 triliun per Januari 2024.

Baca Selengkapnya

Utang Pemerintah Rp 8.253 Triliun Diklaim Aman, Politikus PKS: Beban Bunga Meningkat

59 hari lalu

Utang Pemerintah Rp 8.253 Triliun Diklaim Aman, Politikus PKS: Beban Bunga Meningkat

Anggota Komisi XI DPR, Ecky Awal Mucharam, menyoroti utang pemerintah sebesar Rp 8.253 triliun per 31 Januari 2024 yang disebut aman oleh Kementerian Keuangan.

Baca Selengkapnya

Kemenkeu Sebut Utang Pemerintah Rp 8.253 Triliun Masih Aman, Ekonom: Tidak Cukup Lihat dari Rasio terhadap PDB

59 hari lalu

Kemenkeu Sebut Utang Pemerintah Rp 8.253 Triliun Masih Aman, Ekonom: Tidak Cukup Lihat dari Rasio terhadap PDB

Kemenkeu menyebutkan utang pemerintah sebesar Rp 8.253 triliun masih dalam rasio aman, karena di bawah ambang batas 60 persen PDB. Bagaimana pendapat ekonom?

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Dana BOS untuk Biayai Program Makan Siang Gratis Prabowo, Tiap Orang Tanggung Rp 30,5 Juta Utang Pemerintah

59 hari lalu

Terpopuler: Dana BOS untuk Biayai Program Makan Siang Gratis Prabowo, Tiap Orang Tanggung Rp 30,5 Juta Utang Pemerintah

Berita terpopuler bisnis pada Kamis, 29 Februari 2024 dimulai dari sumber pos anggaran untuk membiayai program makan siang gratis pada 2025.

Baca Selengkapnya

Utang Pemerintah Naik jadi Rp 8.253 Triliun, Ekonom: Tiap Orang Tanggung Rp 30,5 Juta

29 Februari 2024

Utang Pemerintah Naik jadi Rp 8.253 Triliun, Ekonom: Tiap Orang Tanggung Rp 30,5 Juta

Ekonom Celios Bhima Yudhistira memperkirakan beban utang yang ditanggung warga, dari utang pemerintah sebesar Rp 8.253 triliun per 31 Januari 2024

Baca Selengkapnya