Djakarta Lloyd Tetap akan Diselamatkan  

Reporter

Editor

Minggu, 19 Februari 2012 13:53 WIB

Achiran Pandu Djajanto. TEMPO/Dinul Mubarok

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan tetap melanjutkan upaya penyelamatan PT Djakarta Lloyd (Persero) meski sudah berada di jurang kepailitan. Deputi Bidang restrukturisasi dan Perencanaan Strategis Kementerian Negara BUMN, Achiran Pandu Djajanto, mengatakan penyelamatan sementara itu tetap dilakukan selama kasus kepailitan diproses lewat lembaga Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). "Upaya penyelamatan akan tetap dilakukan supaya perusahaan bisa membayar gaji karyawan," katanya saat dihubungi Tempo, Jumat 17 Februari 2012.

Pandu mengungkapkan tuntutan kreditur untuk memailitkan perusahaan pelat merah itu harus diikuti. Kendati demikian, sebelum diputuskan pailit, perusahaan perlu tetap hidup. Caranya, kata dia, dengan mensinergikan usaha Djakarta Lloyd dengan BUMN lain.

"Mereka sebenarnya sudah mendapat tugas mengangkut batu bara PLN dan logistik Pertamina," kata Pandu. Tugas mengangkut 1,5 juta ton batu bara PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan logistik PT Pertamina (Persero), kata Pandu sudah diberikan sejak Januari 2012 lalu. Namun ketiadaan armada kapal membuat tugas ini belum terlaksana sampai hari ini. "Jika sudah mendapat sewa kapal mereka bisa langsung beroperasi. penugasannya sudah fiks," katanya.

Kemarin, Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan mengatakan bahwa harapan menyelamatkan Djakarta Lloyd sudah sangat tipis. Ia bahkan menyarankan agar perusahaan perkapalan itu menjual aset-aset yang ada untuk membayar pesangon pegawai. "Lebih baik kita membentuk perusahaan perkapalan baru," katanya usai rapat kerja dengan Komisi VI DPR.

Perusahaan perkapalan yang berdiri sejak 1950 ini memang sudah tak beroperasi sejak Februari 2011. Sebagian armada kapalnya rusak, sementara sisanya disita pengadilan.

Utang perseroan tercatat sebesar 3,6 triliun, terdiri atas utang SLA (subsidiary loan agreement) kepada pemerintah Rp 2,4 triliun, sisanya utang kepada lebih dari 200 kreditur dalam serta luar negeri. Selain itu kerugian operasional sejak 2006 mencapai Rp 1,7 triliun.

Menurut Dahlan, jika ditambah dengan utang yang tak tercatat jumlahnya bisa mencapai Rp 6 triliun. Selain itu penyelamatan perusahaan semakin sulit karena perusahaan ini memiliki masalah hukum.

Saat Tempo mengunjungi kantor pusat Djakarta Lloyd beberapa waktu silam, para pegawai menyatakan sudah 14 bulan tak digaji. Kantor sudah tak beroperasi dan sebagian pegawai hanya datang mengabsen agar bisa mendapat uang makan Rp 100 ribu setiap hari Jumat. Sebagian karyawan menuntut perusahaan menjual aset untuk membayar gaji mereka.

ANGGRITA DESYANI

Berita terkait

Indofarma Masih Tunggak Gaji Karyawan, Serikat Pekerja: Belum Punya Uang

4 hari lalu

Indofarma Masih Tunggak Gaji Karyawan, Serikat Pekerja: Belum Punya Uang

Ketua Umum Serikat Pekerja Indofarma, Meida Wati mengatakan, bahwa sejak aksi damai pada 5 April 2024, perusahaan belum bisa memastikan kapan bakal melunasi gaji seribuan karyawan Indofarma.

Baca Selengkapnya

Demo Kementerian BUMN, Serikat Pekerja Indofarma Curhat Pensiunan Belum Dibayar

31 Januari 2024

Demo Kementerian BUMN, Serikat Pekerja Indofarma Curhat Pensiunan Belum Dibayar

Serikat Pekerja Indofarma curhat kalau pensiunan mereka belum dibayar.

Baca Selengkapnya

Jokowi Teken PP Wajibkan Komisaris Tanggung Jawab Penuh Jika BUMN Rugi

13 Juni 2022

Jokowi Teken PP Wajibkan Komisaris Tanggung Jawab Penuh Jika BUMN Rugi

Komisaris BUMN harus bertanggung jawab penuh apabila BUMN merugi

Baca Selengkapnya

Tanri Abeng Ungkap Dampak Kerugian BUMN Dianggap Kerugian Negara ke Perusahaan

6 Oktober 2021

Tanri Abeng Ungkap Dampak Kerugian BUMN Dianggap Kerugian Negara ke Perusahaan

Tanri Abeng, menyoroti berbagai klausul dalam UU BUMN yang harus kembali dikaji. Salah satunya soal kerugian BUMN dianggap sebagai kerugian negara.

Baca Selengkapnya

Pertamina Masuk 500 Perusahaan Besar Versi Fortune, Erick: Tidak Cukup

3 Agustus 2021

Pertamina Masuk 500 Perusahaan Besar Versi Fortune, Erick: Tidak Cukup

PT Pertamina (Persero) masuk kategori 500 perusahaan terbesar dunia versi Fortune.

Baca Selengkapnya

BUMN Pernah Punya 700 Anak dan Cucu Usaha, 90 Persen Rapornya Merah

9 April 2021

BUMN Pernah Punya 700 Anak dan Cucu Usaha, 90 Persen Rapornya Merah

Peneliti BUMN Research Group Universitas Indonesia, Toto Pranoto, menyinggung persoalan banyaknya anak-cucu perusahaan pelat merah di masa lalu yang mencapai 700 entitas.

Baca Selengkapnya

Bos Krakatau Steel Ungkap Proyeksi Kondisi 2020: Laba Bersih USD 50 Juta

28 Januari 2021

Bos Krakatau Steel Ungkap Proyeksi Kondisi 2020: Laba Bersih USD 50 Juta

Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim membeberkan kondisi perusahaannya di tengah pandemi berhasil mengubah rugi menjadi untung pada tahun 2020.

Baca Selengkapnya

Dirut: Kerugian Pertamina Lebih Kecil Dibanding Perusahaan Migas Lain

29 Agustus 2020

Dirut: Kerugian Pertamina Lebih Kecil Dibanding Perusahaan Migas Lain

Dirut Pertamina Nicke Widyawati mengatakan kerugian yang dialami perseroan lebih kecil dibanding perusahaan migas lain yang memiliki aset setara.

Baca Selengkapnya

Pandemi, PT KAI Diperkirakan Tekor Rp 3,4 T hingga Akhir 2020

8 Juli 2020

Pandemi, PT KAI Diperkirakan Tekor Rp 3,4 T hingga Akhir 2020

PT KAI diperkirakan akan mengalami defisit Rp 3,4 triliun hingga akhir 2020 akibat berkurangnya mobilisasi masyarakat selama pandemi.

Baca Selengkapnya

Antam Rugi Rp 281 Miliar di Kuartal I Akibat Selisih Kurs

29 Juni 2020

Antam Rugi Rp 281 Miliar di Kuartal I Akibat Selisih Kurs

Antam mencatat kerugian akibat selisih kurs sepanjang kuartal I 2020.

Baca Selengkapnya