Djakarta Llyod Diusulkan untuk Ditutup  

Reporter

Editor

Selasa, 14 Februari 2012 12:26 WIB

Sejumlah karyawan PT Djakarta LLoyd berunjukrasa di depan Istana Negara, Jakarta (25/6). Mereka menuntut pemerintah membenahi manajemen Djakarta Lyod. Foto: ANTARA/Ujang Zaeani

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Komisi Perdagangan Dewan Perwakilan Rakyat, Chaeruman Harahap, merekomendasikan agar PT Djakarta Lloyd, badan usaha milik negara di bidang usaha pelayaran, ditutup saja.

"Ini sangat membenahi keuangan negara, percuma (diselamatkan) membuang uang, dipailitkan saja kemudian dibubarkan saja," ujarnya dalam rapat dengar pendapat bersama Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Selasa, 14 Februari 2012.

Menurut politikus Partai Golkar ini, keberadaan perusahaan pelayaran seperti Djakarta Llyod sebenarnya sangat dibutuhkan negara, apalagi ditunjang dengan potensi luasnya wilayah maritim Indonesia. Namun besarnya utang serta persoalan lain menyebabkan perseroan tidak berkembang.

"Kalau seperti ini jelas membebani," ujarnya. Ia memprediksi pemerintah bakal sulit untuk memenuhi permintaan perseroan, termasuk untuk membayar seluruh kewajibannya (utang dan pembayaran hak pegawai).

Ada hal yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan perseroan, yakni dibuatkan perusahaan baru di bidang pelayaran nasional. "Karena memang negara kita butuh perusahaan pelayaran nasional melihat luasnya wilayah kelautan," katanya.

Ia menyayangkan penjelasan direksi perseroan yang tidak bisa menunjukkan hasil audit keuangan yang dilakukan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). "Kan tidak mungkin kalau auditnya tidak selesai-selesai," ujarnya.

Akibat mandeknya kinerja perseroan, saat ini ada lima kapal tipe Palwo Buwono (PB) dan satu kapal tipe Caraka yang rusak dan perlu biaya perbaikan. Sedangkan tiga kapal tipe Caraka lainnya disita Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan menunggu proses lelang.

Selain itu, gara-gara utang, lima kapal tipe Caraka lainnya sudah dilelang di Singapura dan sebagian diambil alih PT Pengembangan Armada Niaga Nasional (Persero). Perseroan membutuhkan dana sebesar Rp 481 miliar untuk restrukturisasi dan revitalisasi perusahaan.

Sedangkan total utang perusahaan tercatat sebesar Rp 3,6 triliun, yang terdiri dari utang SLA (Subsidiary Loan Agreement) sebesar Rp 2,4 triliun dari pemerintah dan utang kepada lebih dari 200 kreditor dan rekanan dari dalam ataupun luar negeri. Perusahaan ini berencana mengusulkan utang dalam bentuk SLA dikonversi menjadi penyertaan modal negara.

JAYADI SUPRIADIN

Berita terkait

Indofarma Masih Tunggak Gaji Karyawan, Serikat Pekerja: Belum Punya Uang

6 hari lalu

Indofarma Masih Tunggak Gaji Karyawan, Serikat Pekerja: Belum Punya Uang

Ketua Umum Serikat Pekerja Indofarma, Meida Wati mengatakan, bahwa sejak aksi damai pada 5 April 2024, perusahaan belum bisa memastikan kapan bakal melunasi gaji seribuan karyawan Indofarma.

Baca Selengkapnya

Demo Kementerian BUMN, Serikat Pekerja Indofarma Curhat Pensiunan Belum Dibayar

31 Januari 2024

Demo Kementerian BUMN, Serikat Pekerja Indofarma Curhat Pensiunan Belum Dibayar

Serikat Pekerja Indofarma curhat kalau pensiunan mereka belum dibayar.

Baca Selengkapnya

Jokowi Teken PP Wajibkan Komisaris Tanggung Jawab Penuh Jika BUMN Rugi

13 Juni 2022

Jokowi Teken PP Wajibkan Komisaris Tanggung Jawab Penuh Jika BUMN Rugi

Komisaris BUMN harus bertanggung jawab penuh apabila BUMN merugi

Baca Selengkapnya

Tanri Abeng Ungkap Dampak Kerugian BUMN Dianggap Kerugian Negara ke Perusahaan

6 Oktober 2021

Tanri Abeng Ungkap Dampak Kerugian BUMN Dianggap Kerugian Negara ke Perusahaan

Tanri Abeng, menyoroti berbagai klausul dalam UU BUMN yang harus kembali dikaji. Salah satunya soal kerugian BUMN dianggap sebagai kerugian negara.

Baca Selengkapnya

Pertamina Masuk 500 Perusahaan Besar Versi Fortune, Erick: Tidak Cukup

3 Agustus 2021

Pertamina Masuk 500 Perusahaan Besar Versi Fortune, Erick: Tidak Cukup

PT Pertamina (Persero) masuk kategori 500 perusahaan terbesar dunia versi Fortune.

Baca Selengkapnya

BUMN Pernah Punya 700 Anak dan Cucu Usaha, 90 Persen Rapornya Merah

9 April 2021

BUMN Pernah Punya 700 Anak dan Cucu Usaha, 90 Persen Rapornya Merah

Peneliti BUMN Research Group Universitas Indonesia, Toto Pranoto, menyinggung persoalan banyaknya anak-cucu perusahaan pelat merah di masa lalu yang mencapai 700 entitas.

Baca Selengkapnya

Bos Krakatau Steel Ungkap Proyeksi Kondisi 2020: Laba Bersih USD 50 Juta

28 Januari 2021

Bos Krakatau Steel Ungkap Proyeksi Kondisi 2020: Laba Bersih USD 50 Juta

Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim membeberkan kondisi perusahaannya di tengah pandemi berhasil mengubah rugi menjadi untung pada tahun 2020.

Baca Selengkapnya

Dirut: Kerugian Pertamina Lebih Kecil Dibanding Perusahaan Migas Lain

29 Agustus 2020

Dirut: Kerugian Pertamina Lebih Kecil Dibanding Perusahaan Migas Lain

Dirut Pertamina Nicke Widyawati mengatakan kerugian yang dialami perseroan lebih kecil dibanding perusahaan migas lain yang memiliki aset setara.

Baca Selengkapnya

Pandemi, PT KAI Diperkirakan Tekor Rp 3,4 T hingga Akhir 2020

8 Juli 2020

Pandemi, PT KAI Diperkirakan Tekor Rp 3,4 T hingga Akhir 2020

PT KAI diperkirakan akan mengalami defisit Rp 3,4 triliun hingga akhir 2020 akibat berkurangnya mobilisasi masyarakat selama pandemi.

Baca Selengkapnya

Antam Rugi Rp 281 Miliar di Kuartal I Akibat Selisih Kurs

29 Juni 2020

Antam Rugi Rp 281 Miliar di Kuartal I Akibat Selisih Kurs

Antam mencatat kerugian akibat selisih kurs sepanjang kuartal I 2020.

Baca Selengkapnya