TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan jasa inspeksi untuk 14 negara di Afrika, PT SGS Indonesia, melaporkan sebanyak lima perusahaan eksportir asal Indonesia tak bisa mendistribusikan komoditasnya di Syria, Kenya, dan Nigeria tahun ini karena tak bisa memenuhi aturan yang berlaku. “Mereka menghubungi kami, tapi kami sudah tidak bisa berbuat apa-apa,” kata Armin Tanjung, Business Development Manager PT SGS Indonesia, Rabu, 21 Desember 2011.
Komoditas dari lima perusahaan itu ditahan di pelabuhan karena tidak melakukan prosedur yang harus dilalui untuk mendapatkan Certificate of Conformity (COC). Sertifikat ini dibutuhkan supaya barang yang diekspor bisa beredar bebas di negara tujuan.
“Prosedur yang harus dilalui di antaranya adalah Product Conformity Assesment (PCA) yang meliputi pemeriksaan fisik, uji laboratorium, dan penyerahan segala dokumen yang diminta oleh negara importir," kata Armin. Product Conformity Assesment (PCA) adalah alat untuk menguji apakah suatu komoditas ekspor memenuhi kriteria yang ditetapkan negara importir.
Selain itu, kata Armin, ada juga perusahaan yang pura-pura tidak tahu karena tidak mau repot. Adapun komoditas dari kelima perusahaan yang ditahan itu berupa tekstil, makanan, dan bahan bangunan.
Ketua Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia, Benny Sutrisno, menyayangkan tertahannya produk ekspor ke Afrika tersebut. Pasalnya, Afrika termasuk pasar ekspor alternatif yang digenjot pemerintah, selain Timur Tengah tahun depan.
Di tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu karena Eropa diperkirakan mengurangi volume impor, menurut dia, pasar alternatif menjadi sangat menarik. Beberapa produk ekspor andalan adalah minyak kelapa sawit dan turunannya, tekstil dan produk teksil, barang produk hilir kaca, produk hilir kayu, serta kopi, teh, dan rempah-rempah lainnya.
Kepala Sub Direktorat Promosi Wilayah Asia Pasifik dan Afrika, Kementerian Perdagangan, Julia Silalahi, menyatakan pemerintah selama ini telah memberi informasi yang lengkap kepada eksportir Indonesia mengenai regulasi ekspor di Afrika. "Kami sudah mengadakan pelatihan di Pusat Pelatihan Ekspor Indonesia dan seminar-seminar.”
Kementerian Perdagangan mencatat selama tahun lalu nilai ekspor non migas Indonesia ke Afrika dan Timur Tengah meningkat dari US$ 6,3 juta menjadi US$ 76 juta tahun ini. Porsi ekspor non migas ke Uni Emirat Arab tahun lalu termasuk terbesar mencapai 19,36 persen dari total ekspor ke wilayah Timur Tengah dan Afrika sebesar US$ 1,47 juta.
GADI MAKITAN
Berita terkait
Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu
7 hari lalu
BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.
Baca SelengkapnyaIndonesia-Tunisia Gelar Intersesi ke-6, Bahas Peningkatan Perdagangan Bilateral
8 hari lalu
Delegasi Indonesia dan Tunisia membahas perjanjian perdagangan bilateral di Tangerang. Indonesia banyak mengekspor sawit dan mengimpor kurma.
Baca SelengkapnyaEkspor Impor Oktober Melemah, Konflik Geopolitik dan Perlambatan Ekonomi Jadi Penyebab
16 November 2023
Fajar Hirawan mengatakan kinerja perdagangan ekspor dan impor yang menurun atau terkontraksi pada Oktober 2023 terjadi akibat fenomena global.
Baca SelengkapnyaTerkini: Konser Coldplay di Jakarta Beberapa Jam Lagi, Hungaria Investasi Rp 4,7 Triliun untuk Proyek Tol Nirsentuh di Indonesia
15 November 2023
Coldplay akan menyelenggarakan konser perdananya pada hari ini. Kehebohan warganet menjelang hari H terlihat di media massa sejak beberapa hari lalu.
Baca SelengkapnyaBea Cukai Bantu Produk Kopi dan Perikanan UMKM Masuki Pasar Internasional
15 November 2023
Dua unit vertikal Bea Cukai, yakni Bea Cukai Jayapura dan Bea Cukai Labuan Bajo bantu pelaku UMKM realisasikan ekspor produk unggulannya.
Baca SelengkapnyaJokowi Bentuk Satgas Peningkatan Ekspor Nasional, Berikut Isi Tim Pengarahnya
26 September 2023
Jokowi melalui Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2023 membentuk Satuan Tugas Peningkatan Ekspor Nasional.
Baca SelengkapnyaNilai Ekspor Indonesia 2022 Tumbuh 29,4 Persen, Komoditas Apa yang Berkontribusi?
11 Januari 2023
Nilai ekspor Indonesia pada 2022 tumbuh 29,4 persen dengan nilai US$ 268 miliar atau sekitar Rp 4.144 triliun. Beberapa komoditas seperti besi baja, bahan bakar fosil, dan minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) berkontribusi dalam peningkatan tersebut.
Baca SelengkapnyaKinerja Ekspor Mulai Tunjukkan Pelemahan, Sri Mulyani: Kita Harus Waspadai
20 Desember 2022
Sri Mulyani mengatakan sepanjang Januari sampai November pertumbuhan ekspor Indonesia ada di 28,2 persen.
Baca SelengkapnyaEkspor RI per September Turun 10,99 Persen, BPS Jelaskan Rinciannya
17 Oktober 2022
BPS mencatat ekspor Indonesia pada September 2022 sebesar US$ 24,8 miliar.
Baca SelengkapnyaBulan Mei Ekspor Pertanian Tumbuh 20,32 Persen
15 Juni 2022
Secara akumulatif Januari hingga Mei 2022, ekspor pertanian juga mengalami peningkatan.
Baca Selengkapnya