Tak Dapat Keringanan Tarif, Indonesia Dianggap Sukses  

Reporter

Editor

Rabu, 22 Juni 2011 12:07 WIB

TEMPO/Arif Fadillah

TEMPO Interaktif, Brussels - Komisi Uni Eropa menilai kalaupun nantinya Indonesia diputuskan tidak lagi mendapat fasilitas generalized system of preference (GSP), hal itu berarti positif. Sebab, perkembangan ekonomi di Indonesia sudah dianggap sukses. Indonesia tidak lagi dinilai sebagai negara yang miskin dan sangat membutuhkan insentif tersebut.

GSP adalah fasilitas kuota dan penurunan tarif untuk produk dari 49 negara termiskin di dunia. Contohnya, bea masuk produk tekstil dan alas kaki Indonesia lebih rendah 20 persen dibandingkan negara lain. Belakangan Uni Eropa mempertimbangkan kembali apakah Indonesia masih layak diberikan insentif tersebut atau tidak mengingat ekonomi negara yang sudah tumbuh cukup baik.

Wakil Prancis untuk Urusan Asia dalam Uni Eropa, Laurent Cabrea, menyatakan,
perubahan fokus dalam sistem pemberian GSP itu didasarkan pada asas keadilan. Nantinya yang akan mendapat fasilitas GSP secara maksimal adalah negara yang benar-benar miskin dan yang dinilai sangat butuh insentif tersebut.

Meskipun tidak mengetahui secara spesifik apakah Indonesia masuk dalam daftar negara yang dikecualikan mendapat GSP tersebut, Laurent menyatakan ada sisi positif yang bisa dipetik oleh negara. “Kalaupun Indonesia tidak mendapat fasilitas itu, artinya di perkembangan ekonomi Indonesia sudah sukses,” katanya, Selasa siang.

Pada awalnya, fasilitas GSP diberikan karena negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa sadar negara-negara berkembang sulit untuk memasuki pasar Eropa karena standar mutu produk cukup berat. Akibatnya, negara-negara berkembang seringkali harus “berkelahi” untuk bisa memasuki pasar tersebut.

Dengan perubahan sistem GSP ini juga diharapkan bakal menjadi jalan lain untuk menegosiasikan perdagangan bebas antara Uni Eropa dan negara-negara mitra dagangnya. Saat ini diskusi menyoal perubahan sistem insentif keringanan tarif itu masih terus dilakukan dan pelaksanaannya menunggu persetujuan Dewan Uni Eropa.

“Harapannya 1 Januari 2013 atau paling lama 1 Januari 2014 sudah bisa dilaksanakan. Tapi hingga saat itu, aturan lama masih akan tetap berlaku,” ucap Laurent.

Selain Indonesia, Malaysia juga dipertimbangkan tidak lagi dapat GSP. Myanmar yang sedang ada konflik di dalam negeri tidak diikutkan. Dengan begitu, bisa dipastikan negara-negara yang dikeluarkan dari daftar penerima GSP adalah yang tidak masuk kategori middle income superior.

Sebelumnya, Wakil Menteri Perdagangan, Mahendra Siregar, menganggap Indonesia masih berhak diberikan keringanan bea masuk di Eropa. Sebab, dalam konteks indikator dan indeks sumber daya manusia, Indonesia masih termasuk negara berkembang.

Direktur Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan, Gusmardi Bustami, juga menyatakan akan memperjuangkan komoditas kopi yang tadinya bea masuk normal sebesar 10 persen agar mendapat fasilitas GSP sehingga tarifnya turun menjadi 5 persen. Hal ini merujuk negara-negara bekas jajahan Eropa bisa mendapat tarif nol persen untuk kopi. Selain itu, produk industri seperti pakaian dari Indonesia ke Uni Eropa masih dibebankan bea masuk tinggi sebesar 15-20 persen.

R. R. ARIYANI (BRUSSELS)





Berita terkait

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

4 hari lalu

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas melantik Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama atau Pejabat Eselon I dan II Kementerian Perdagangan.

Baca Selengkapnya

Pameran Dekorasi Rumah Indonesia di Taiwan Raup Transaksi Rp 4,73 Miliar

4 hari lalu

Pameran Dekorasi Rumah Indonesia di Taiwan Raup Transaksi Rp 4,73 Miliar

Kementerian Perdagangan menggelar pameran dekorasi rumah Indonesia di Taiwan, total transaksi yang diperoleh Rp 4,73 miliar.

Baca Selengkapnya

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan Lantik 6 Pejabat Eselon I dan II, Berpesan Waspadai Situasi Geopolitik Timur Tengah

4 hari lalu

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan Lantik 6 Pejabat Eselon I dan II, Berpesan Waspadai Situasi Geopolitik Timur Tengah

Menteri Perdagangan melantik pejabat eselon I dan II. Dia berpesan agar siap menghadapi keadaan geopolitik Timur Tengah saat ini.

Baca Selengkapnya

Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

6 hari lalu

Kini Impor Bahan Baku Plastik Tidak Perlu Pertimbangan Teknis Kemenperin

Kementerian Perindustrian atau Kemenperin menyatakan impor untuk komoditas bahan baku plastik kini tidak memerlukan pertimbangan teknis lagi.

Baca Selengkapnya

Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

6 hari lalu

Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

Nilai transaksi potensial paviliun Indonesia di Cafex Expo 2024, Mesir, capai Rp 253 milir. Didominasi oleh produk biji kopi Indonesia.

Baca Selengkapnya

Kementerian Perdagangan Sebut Utang Rafaksi Minyak Goreng Segera Dibayar

7 hari lalu

Kementerian Perdagangan Sebut Utang Rafaksi Minyak Goreng Segera Dibayar

Kementerian Perdagangan mengatakan bahwa utang rafaksi minyak goreng akan segera dibayarkan.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

8 hari lalu

Terkini Bisnis: Putusan MK Pengaruhi IHSG, Bandara Sam Ratulangi Mulai Dibuka

Pembacaan putusan sengketa Pilpres di MK memengaruhi IHSG. Perdagangan ditutup melemah 7.073,82.

Baca Selengkapnya

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

9 hari lalu

Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.

Baca Selengkapnya

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

9 hari lalu

Impor Maret 2024 Turun 2,6 Persen, Impor Bahan Baku Turun tapi Barang Konsumsi Naik

BPS mencatat impor pada Maret 2024 turun 2,6 persen secara bulanan. Impor bahan baku dan bahan penolong turun, tapi barang konsumsi naik.

Baca Selengkapnya

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

9 hari lalu

Ekspor Maret 2024 Naik 16,4 Persen tapi Tetap Anjlok Dibanding Tahun Lalu

BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 naik 16,40 persen dibanding Februari 2024. Namun anjlok 4 persen dibanding Maret 2023.

Baca Selengkapnya