Standard Chartered Prediksi Harga Minyak US$ 105 Sampai Akhir Tahun
Reporter
Editor
Selasa, 29 Maret 2011 13:12 WIB
AP/Sue Ogrocki
TEMPO Interaktif, Jakarta - Standard Chartered Bank merevisi perkiraan harga minyak dunia akhir tahun dari US$ 102 menjadi US$ 105 per barel (1 barel setara 158,9 liter). Prediksi ini masih terkait dengan tekanan geopolitik dari konflik Timur Tengah dan Libya.
Ekonom Standard Chartered Bank Eric Sugandi saat ditemui di Crown Hotel, hari ini (29/3), berujar tren harga minyak di akhir tahun cenderung naik pada setiap kuartal. Di kuartal I, harga minyak diperkirakan US$ 95 per barel.
Kemudian terus merangkak naik di kuartal II dengan US$ 107 per barel. Kuartal III mencapai US$ 110 per barel. Selanjutnya pada kuartal IV cenderung lebih stabil dan turun ke level US$ 105 per barel.
Alasan Standchart menaikkan proyeksi harga minyak bukan karena kondisi geopolitik Libya semata. Tapi karena pasukan NATO sudah mulai ikut campur dalam konflik ini. "Keadaan politiknya semakin tidak mudah diprediksi, sehingga mendorong spekulan minyak untuk memborong minyak," ujarnya.
Eric tidak melihat sinyal kenaikan harga minyak yang ekstrem pada 2008 lalu akan terjadi pada tahun ini. Pada 2008, harga minyak dunia sempat menyentuh titik US$ 140 per barel. "Alasannya, ekonomi Amerika Serikat sudah mulai membaik," katanya.
Selain harga minyak dunia, Standard Chartered juga merevisi beberapa prediksi harga komoditas strategis lainnya. Seperti, harga batu bara yang diprediksi turun dari US$ 119 menjadi US$ 117 per ton pada kuartal IV nanti.
Kemudian harga emas yang terus melonjak, dari semula US$ 1.430 menjadi US$ 1.450 per troy ons. Harga minyak sawit mentah (CPO) dari 3.381 Ringgit Malaysia menjadi 4.250 Ringgit Malaysia per ton.
Harga Minyak Dunia Turun di Perdagangan Awal Pekan, Apa Penyebabnya?
8 Januari 2024
Harga Minyak Dunia Turun di Perdagangan Awal Pekan, Apa Penyebabnya?
Harga minyak dunia turun dalam perdagangan awal pekan, 8 Januari 2024. Kenaikan harga terjadi karena pemotongan harga yang tajam oleh eksportir utama Arab Saudi dan kenaikan produksi OPEC.