Harga minyak mentah yang diperdagangkan di bursa New York Mercantile Exchange untuk pengantaran April turun menjadi US$ 98,88 per barel setelah Jumat pekan lalu harganya mencapai US$ 101,16. Adapun harga minyak jenis Brent dalam perdagangan di Bursa ICE Future Exchange, London pun dibanderol turun US$ 1,63 menjadi US$ 112,21 per barel.
Sebelumnya diketahui gelombang tsunami hingga 10 meter yang dipicu oleh gempa berkekuatan 8,9 skala richter pada Jumat pekan lalu menewaskan sedikitnya 10 ribu jiwa. Infrastruktur dari negeri sakura pun rusak. Adapun indeks Nikkei 225 anjlok lebih dari 6,2 persen kemarin ke level 9.620.49, atau terendah sepanjang sejarah sejak Desember 2008.
Salah satu ekonom dari NUS Consulting, Richard Soultanian memperkirakan permintaan minyak mentah dari Jepang bakal turun dalam dalam jangka pendek. Hal ini tak lepas dari perkiraan tiga dari lima pengilangan minyak terbesar Jepang yang telah ditutup suatu saat akan kembali normal.
Jepang adalah konsumen terbesar minyak mentah di dunia, yang menggunakan 4,5 juta barel minyak per hari. Sebagai negara net importir minyak, Jepang juga dikenal sebagai importir terbesar untuk gas alam cair dan batu bara.
Para kalangan trader di bursa kemarin kecewa dengan data penjualan yang dirilis Pemerintah Amerika Serikat per Februari. Data itu memperkirakan meroketnya harga minyak bakal menurunkan permintaan minyak. "Penurunan permintaan terjadi, apakah itu di Jepang atau di Amerika Serikat," kata seorang analis energi dalam laporan THe Schork Report.
AP | R. R. ARIYANI