Awal Januari lalu, PLN mencabut pembatasan kenaikan tarif 18 persen (capping). Hal ini ditentang pengusaha karena pencabutan capping dapat mengganggu perkembangan industri nasional. Namun, menurut PLN, hanya sebagian kecil industri yang menikmati capping. Jika capping tetap diberlakukan, bakal terjadi disparitas tarif listrik di sektor industri.
Berdasarkan data yang dibeberkan PLN, tarif yang dipatok PT Cikarang Listrindo di Kawasan Industri Jababeka dan Lippo Cikarang, Jawa Barat, mencapai US$ 9,59 sen atau sekitar Rp 855 per kilowatt hour (kWh) untuk tegangan rata-rata hingga 282 kWh. "PLN hanya mengenakan US$ 8,24 sen atau Rp 735 per kWh," kata Murtaqi.
Bahkan PLN mengklaim tarif PLN jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara kawasan Asia Tenggara, seperti Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam. PLN mengutip data Bank Dunia, yang menyebutkan bahwa tarif listrik untuk kalangan industri di Vietnam mencapai US$ 0,96, Malaysia US$ 1,18, Thailand US$ 0,085, dan Filipina US$ 0,17.
Mengingat harga yang relatif rendah itu, sejumlah kalangan menilai PLN layak menaikkan tarif. "Tarif listrik Indonesia cukup kompetitif ketimbang negara lain. Dengan menaikkan tarif, daya saing industri masih kompetitif dengan negara tetangga," ujar M. Fadhil Hasan, ekonom senior Institut For Development of Economics and Finance (INDEF).
Fadhil menegaskan, kenaikan tarif yang diberlakukan pemerintah dan PLN sebenarnya memiliki dasar kuat. Sebab, kenaikan tarif tak berlaku bagi pelanggan rumah tangga yang berlangganan listrik di bawah 900 watt. "Sehingga kenaikan itu secara teori tak terlalu mengganggu daya saing," tutur dia.
Namun PLN tetap memiliki pekerjaan rumah. Dua hal yang paling utama memperbesar akses dan efisiensi PLN. "Efisiensi PLN menjadi keharusan karena secara moral kenaikan tarif tak bisa diterima bila proses produksi PLN tidak efisien," kata Fadhil.
Terlebih, hingga kini cadangan listrik tak memadai. Dari kebutuhan cadangan 30 persen, PLN baru memenuhi 20 persen. Solusinya, PLN perlu menghemat untuk menekan konsumsi listrik. Cara lain, merangsang sektor swasta turut membiayai pembangunan pembangkit listrik.
Juru bicara PLN, Bambang Dwiyanto, mengatakan cadangan listrik di Jawa dan Bali masih mencukupi kebutuhan dua wilayah itu. Gardu listrik area Jawa-Bali selama ini menghasilkan 21 ribu megawatt (MW). Adapun kebutuhan listrik baru sekitar 18 ribu MW dengan beban puncak 18,1 ribu MW. Namun dia tak berani menjamin cadangan listrik nasional. “Sebut saja cadangannya pas-pasan,” kata dia.
GUSTIDHA BUDIARTIE | MUHAMMAD TAUFIK | BOBBY CHANDRA