Pasar Khawatir atas Laju Inflasi

Reporter

Editor

Minggu, 9 Januari 2011 05:28 WIB

Sejumlah pekerja hilir mudik pada jam sibuk di Sydney, Rabu (28/10). Indeks Harga Konsumen dan inflasi Australia akan diumumkan oleh Biro Statistik Australia pada hari ini. REUTERS/Daniel Munoz
TEMPO Interaktif, Jakarta - Analis pasar modal dari BNI Securities, Akhmad Nurcahyadi, memperkirakan jatuhnya indeks saham gabungan di Bursa Efek Indonesia dalam perdagangan pekan lalu disebabkan oleh kekhawatiran pelaku pasar atas laju inflasi yang hampir 7 persen.

"Pelaku pasar berharap laju inflasi bisa terkendali di level 6-6,5 persen, bahkan semula di kisaran 5,5-6 persen," kata Akhmad kemarin. Nyatanya, Badan Pusat Statistik melaporkan inflasi sepanjang 2010 sebesar 6,96 persen.

Faktor penekan bursa lainnya, kata Akhmad, adalah kekecewaan pelaku pasar terhadap kebijakan Bank Indonesia yang menahan suku bunga acuan (BI Rate) pada level 6,5 persen. Padahal, menurut dia, kebijakan bank sentral sudah tepat. "BI Rate cukup menarik. Kalau terlalu tinggi, yang masuk justru hot money," tuturnya. Apalagi kenaikan suku bunga acuan berpotensi mengangkat suku bunga kredit otomotif dan perumahan.

Akhmad optimistis pasar bisa bangkit karena Amerika Serikat sedang dibelit persoalan fiskal. "Jadi, uangnya investor mau ditaruh di mana lagi kalau tidak di pasar berkembang, salah satunya ya di Indonesia," kata dia.

Saat ini total utang Amerika Serikat US$ 12 triliun. Jika dibandingkan dengan produk domestik bruto (PDB) yang sebesar US$ 14,5 triliun, rasio utang terhadap PDB Amerika 82,7 persen, di atas batas aman 30 persen.

Krisis utang juga gentayangan di Eropa. Dua negara Eropa, yakni Yunani dan Irlandia, sudah meminta dana talangan kepada Uni Eropa dan Dana Moneter Internasional (IMF).

Menteri Keuangan Agus Martowardojo juga mengaku tidak cemas atas anjloknya indeks selama sepekan terakhir. Ia yakin jatuhnya indeks bukan disebabkan oleh pelarian modal asing.

"Tidak apa-apa. Ini kan masih awal tahun, pasti setiap investor punya analisis terhadap kondisi pasar dan portofolio," kata dia seusai rapat ketahanan pangan, Jumat malam lalu.

Agus mengatakan, kalaupun ada investor yang melakukan perubahan strategi, pemerintah akan tetap memperhatikan dan bersikap waspada. "Tapi, secara umum, kondisi masih baik," kata dia.

Apalagi beberapa indikator perekonomian Indonesia masih bagus, termasuk neraca pembayaran pemerintah, fiskal, dan investasi langsung (foreign direct investment).

Agus memandang penyesuaian yang dilakukan pelaku pasar pada awal tahun sebagai hal yang biasa. Pelaku pasar yang tadinya libur pada saat akhir tahun kemudian membuka kegiatan dan sedikit melakukan penyesuaian.

Pada perdagangan Jumat pekan lalu, saham-saham di Bursa Efek Indonesia melemah hampir di setiap sektor. Pelemahan dipicu oleh derasnya aksi jual oleh investor asing.

Sektor tambang dan perkebunan terbenam cukup dalam setelah sempat naik tinggi. Saham pertambangan tertekan 2,48 persen ke posisi 3.373,48, dan saham perkebunan tertekan 3,44 persen ke posisi 2.233,81.

Walhasil, indeks harga saham gabungan ditutup melemah 2,81 persen ke posisi 3.631. Posisi tertinggi selama sepekan diraih pada perdagangan Selasa, saat indeks ditutup pada 3.760. Jika dihitung dari level tersebut, indeks bursa melemah 3,4 persen

IQBAL MUHTAROM | ANTARA | EFRI RITONGA

Berita terkait

Cetak Petani Milenial untuk Tangani Inflasi di Nusa Tenggara Timur

58 hari lalu

Cetak Petani Milenial untuk Tangani Inflasi di Nusa Tenggara Timur

Kabupaten Timor Tengah Selatan NTT menginisiasi program cetak petani milenial. Mereka diajari tanam cabai hingga bawang.

Baca Selengkapnya

Mengenal Apa itu inflasi, Jenis, dan Dampaknya

17 Oktober 2023

Mengenal Apa itu inflasi, Jenis, dan Dampaknya

Inflasi adalah istilah yang merujuk pada kondisi di mana harga barang mengalami kenaikan. Berikut dampak yang ditimbulkan karena inflasi.

Baca Selengkapnya

Inflasi 15 Provinsi di Atas Nasional, Jokowi Minta Pemda Rajin Cek ke Lapangan

31 Agustus 2023

Inflasi 15 Provinsi di Atas Nasional, Jokowi Minta Pemda Rajin Cek ke Lapangan

Jokowi menyebutkan terdapat 15 provinsi dan kabupaten/kota yang laju inflasinya di atas tingkat nasional meskipun sudah di bawah 5 persen.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Catat Permintaan Domestik Dorong Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2023

1 Agustus 2023

Sri Mulyani Catat Permintaan Domestik Dorong Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2023

Perekonomian triwulan II 2023, kata Sri Mulyani diprakirakan masih tumbuh kuat, ditopang peningkatan konsumsi rumah tangga dan tren ekspansif aktivitas manufaktur.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Inflasi Kembali ke Sasaran, Lebih Cepat dari Perkiraan

1 Agustus 2023

Sri Mulyani: Inflasi Kembali ke Sasaran, Lebih Cepat dari Perkiraan

Sri Mulyani memperkirakan inflasi dapat tetap terkendali.

Baca Selengkapnya

Inflasi Tahunan Juli 3,08 Persen, Sektor Transportasi, Makanan dan Rokok Penyumbang Terbesar

1 Agustus 2023

Inflasi Tahunan Juli 3,08 Persen, Sektor Transportasi, Makanan dan Rokok Penyumbang Terbesar

BPS mencatat inflasi tahunan pada Juli 2023 sebesar 3,08 persen.

Baca Selengkapnya

Ekonom Prediksi Inflasi Tahunan 3,6 Persen: El Nino Perlu Diantisipasi dengan Hati-hati

31 Juli 2023

Ekonom Prediksi Inflasi Tahunan 3,6 Persen: El Nino Perlu Diantisipasi dengan Hati-hati

Ekonom dari Bank Mandiri, Faisal Rachman, memperkirakan inflasi tahunan terus menurun sepanjang paruh kedua 2023.

Baca Selengkapnya

ASDP Jelaskan Faktor Pembentuk Tarif Baru Angkutan Penyeberangan yang Mulai Berlaku 3 Agustus

30 Juli 2023

ASDP Jelaskan Faktor Pembentuk Tarif Baru Angkutan Penyeberangan yang Mulai Berlaku 3 Agustus

PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) menerapkan penyesuaian tarif angkutan pada 29 lintasan penyeberangan di seluruh Indonesia.

Baca Selengkapnya

BPS Catat Inflasi Tahunan Juni 2023 3,52 Persen, Terendah sejak April 2022

3 Juli 2023

BPS Catat Inflasi Tahunan Juni 2023 3,52 Persen, Terendah sejak April 2022

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi secara tahunan atau year on year pada periode Juni 2023 sebesar 3,52 persen.

Baca Selengkapnya

IMF Minta RI Pertimbangkan Larangan Ekspor Nikel, Bahlil Ungkap Standar Ganda

30 Juni 2023

IMF Minta RI Pertimbangkan Larangan Ekspor Nikel, Bahlil Ungkap Standar Ganda

Bahlil Lahadalia, menanggapi rekomendasi Dana Moneter Internasional atau IMF yang meminta Indonesia mencabut larangan ekspor mineral mentah, termasuk nikel, secara bertahap.

Baca Selengkapnya