Permintaan Minyak 2011 Akan Melemah  

Reporter

Editor

Senin, 13 Desember 2010 06:08 WIB

Kilang Minyak Pertamina Refinery Unit V Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu. TEMPO/Subekti.
TEMPO Interaktif, Quito -Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak tahun depan lebih rendah ketimbang tahun ini.

Karena itu, OPEC sepakat mempertahankan tingkat produksi minyak, sekalipun harga minyak dunia terus melambung mencapai US$ 87,79 per barel di pasar Amerika Serikat.

Dalam pernyataan bersama seusai konferensi ke-158 di Quito, Ekuador, Sabtu lalu, OPEC menyebutkan bahwa pelemahan permintaan disebabkan oleh rapuhnya pemulihan perekonomian dunia, konflik mata uang, dan kekhawatiran terhadap krisis perbankan di Eropa.

Selain itu, produksi industri di negara-negara ekonomi maju yang berhimpun dalam Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) masih rendah dan memicu tingginya angka pengangguran.

Negara-negara anggota OPEC juga menyerukan kepada produsen minyak di luar OPEC bekerja sama menjaga keseimbangan dan stabilitas pasar minyak.

Menteri Perminyakan Venezuela Rafael Ramirez meminta rekan-rekannya di OPEC tidak menaikkan produksi sampai akhir 2011, sehingga harga minyak bisa mencapai US$ 100 per barel.

"Pasar harus membayar tingginya biaya produksi. US$ 100 kelihatannya harga yang pas," kata dia, sebagaimana dikutip kantor berita Reuters.

Uniknya, sikap bersama OPEC ini justru ditentang oleh anggota utamanya, Arab Saudi. Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali al-Naimi menyatakan negaranya ingin mempertahankan harga minyak pada level US$ 70-80 per barel.

"US$ 70-80 adalah harga yang baik," kata dia.

Niat Arab Saudi ini ditanggapi positif oleh Lawrence Eagles, kepala riset minyak global JP Morgan New York. "Menteri Naimi mengatakan US$ 80 adalah harga tertinggi. Mari kita lihat apakah ucapan itu diikuti dengan pasokan yang lebih besar," tuturnya.

Sebaliknya, rekan-rekannya di OPEC meradang atas sikap Arab Saudi. Para menteri OPEC lainnya berkeras kenaikan harga minyak saat ini bukan lantaran kurangnya pasokan.

"Kalau ada kekurangan di pasar, tentu kami akan meningkatkan produksi," kata kepala delegasi Libya, Shokri Ghanem.

Sekretaris Jenderal OPEC Abdullah al-Badri menuduh kenaikan harga minyak dipicu oleh ulah spekulan. "Jika harga naik karena spekulasi, kami tidak bisa apa-apa. OPEC hanya bisa bertindak kalau minyak mulai langka," ujarnya.

Mencermati kerasnya penolakan dari negara-negara lain, Edward Morse, Managing Director Credit Suisse New York, menduga Riyadh mungkin akan menambah pasokan minyaknya secara diam-diam.

"Karena Arab Saudi tidak ingin berkonfrontasi dengan Venezuela dan Iran, mereka akan memasok lebih banyak minyak secara diam-diam," kata Edward.

EFRI RITONGA

Berita terkait

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

7 hari lalu

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.

Baca Selengkapnya

Ekskalasi Konflik Iran-Israel Berpotensi Kerek Inflasi, Dimulai dari Harga Minyak

13 hari lalu

Ekskalasi Konflik Iran-Israel Berpotensi Kerek Inflasi, Dimulai dari Harga Minyak

Senior Fellow CIPS Krisna Gupta mengatakan ekskalasi konflik Iran-Israel bisa berdampak pada inflasi Indonesia.

Baca Selengkapnya

Konflik Iran-Israel Memanas, Harga Minyak Dunia Nyaris US$ 90 per Barel

14 hari lalu

Konflik Iran-Israel Memanas, Harga Minyak Dunia Nyaris US$ 90 per Barel

Harga minyak dunia melonjak jadi US$ 89 (Brent) dan US$ 84 (WTI) per barel pada Jumat, 19 April 2024, seiring memanasnya konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Naik Lagi, Harga Emas Antam Hari Ini Sentuh Rp 1.335.000 per Gram

15 hari lalu

Naik Lagi, Harga Emas Antam Hari Ini Sentuh Rp 1.335.000 per Gram

Harga emas Antam per 1 gram hari ini ada pada level Rp 1.335.000. Harga ini naik Rp 14 ribu dibanding perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

Analis Sebut Harga Minyak Terus Naik Akibat Konflik Iran-Israel dan Penguatan Dolar

15 hari lalu

Analis Sebut Harga Minyak Terus Naik Akibat Konflik Iran-Israel dan Penguatan Dolar

Harga minyak dunia cenderung naik gara-gara konflik Iran - Israel dan penguatna dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Turun di Perdagangan Awal Pekan, Apa Penyebabnya?

8 Januari 2024

Harga Minyak Dunia Turun di Perdagangan Awal Pekan, Apa Penyebabnya?

Harga minyak dunia turun dalam perdagangan awal pekan, 8 Januari 2024. Kenaikan harga terjadi karena pemotongan harga yang tajam oleh eksportir utama Arab Saudi dan kenaikan produksi OPEC.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Bergejolak, Analis Sebut Ketegangan Geopolitik Terbaru

5 Januari 2024

Harga Minyak Dunia Bergejolak, Analis Sebut Ketegangan Geopolitik Terbaru

Harga minyak mentah tengah bergejolak hari ini. Apa saja penyebabnya?

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Jeblok ke USD 70,5 per Barel, Apa Saja Pemicunya?

21 Juni 2023

Harga Minyak Dunia Jeblok ke USD 70,5 per Barel, Apa Saja Pemicunya?

Harga minyak mentah berjangka jeblok pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu pagi WIB, 21 Juni 2023. Apa saja faktor pemicunya?

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia dan BBM Nonsubsidi Turun, Bagaimana dengan Harga Pertalite?

7 Juni 2023

Harga Minyak Dunia dan BBM Nonsubsidi Turun, Bagaimana dengan Harga Pertalite?

Harga minyak dunia terus berfluktuasi, namun belakangan mengalami tren penurunan. Apakah harga Pertalite juga akan diturunkan seperti Pertamax?

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Naik, Buntut Arab Saudi Pangkas Produksi Mulai Juli Mendatang

6 Juni 2023

Harga Minyak Dunia Naik, Buntut Arab Saudi Pangkas Produksi Mulai Juli Mendatang

Kementerian Arab Saudi menyampaikan akan menurunkan produksi minyak mentah menjadi 9 juta barel per hari pada Juli mendatang.

Baca Selengkapnya