TEMPO Interaktif, Jakarta - Impor mesin asal Cina ke Indonesia mencapai 20-25 persen dari total impor mesin. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor mesin dan peralatan untuk kelompok pos tarif (Harmonized System/HS) 84 dan 85 mencapai US$ 29 miliar.
"Paling dominan di mesin energi atau kelistrikan yang bisa mencapai rata-rata 30 persen," kata Direktur Industri Permesinan dan Alat Mesin Pertanian, Kementerian Perindustrian C. Triharso, melalui pesan pendek kepada Tempo, Kamis (2/12).
Sebelumnya, Kementerian Perdagangan menyatakan, angka impor Indonesia dari Cina pada Januari-September 2010 mencapai US$ 9,31 miliar. Impor meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$ 8,92 miliar.
Peningkatan impor di antaranya karena bertambahnya impor barang modal dan bahan baku penolong. "Tambahan impor bahan baku sebesar US$ 2,9 miliar. Sementara tambahan impor barang modal sebesar US$ 1,5 miliar," kata Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu.
Triharso juga mengakui, impor mesin yang merupakan barang modal memang mengalami kenaikan. "Angka sementara menunjukkan kenaikan sebesar 4-5 persen," ujarnya.
Dia menambahkan, mesin-mesin Cina yang diimpor cirinya tidak memiliki standar atau spesifikasi dengan presisi tinggi. Maka, harganya lebih murah.
Saat ini, lanjut Triharso, sudah ada kesadaran dari industri mulai berpikir dua kali untuk beli mesin-mesin Cina. "Sebab, perlu diteliti lagi spesifikasi teknis dan kehandalannya," ujarnya.
Namun, kata Triharso, kenyataan tersebut belum berarti bahwa impor mesin Cina akan menurun tahun depan. "Belum semua konsumen yang berfikir demikian, masih banyak yang belum mampu memberikan keberpihakan kepada industri lokal. Padahal industri dalam negeri sebetulnya unggul," kata dia.
Ke depan, pemerintah berharap agar kalangan industri juga membeli mesin-mesin dalam negeri. "Secara prinsip, mesin dalam negeri siap bertarung dengan impor Cina dengan spesifikasi yang sama," ujarnya.
Memang, mesin asal Indonesia belum bisa bertanding harga dengan mesin Cina. "Tapi, kalau hasil yang kurang baik masih bisa dikejar," kata Triharso.
Nilai Tukar Rupiah Melemah, Pengusaha Minta Pemerintah Perluas Pemberian Insentif
4 hari lalu
Nilai Tukar Rupiah Melemah, Pengusaha Minta Pemerintah Perluas Pemberian Insentif
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo Shinta Kamdani menilai melemahnya nilai tukar rupiah berdampak pada penurunan confidence ekspansi usaha di sektor manufaktur nasional.
BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen
5 hari lalu
BPS: Impor Beras pada Maret 2024 Melonjak 29 Persen
Badan Pusat Statistik atau BPS mengungkapkan terjadi lonjakan impor serealia pada Maret 2024. BPS mencatat impor beras naik 2,29 persen. Sedangkan impor gandum naik 24,54 persen.