Data indeks kepercayaan konsumen AS di bulan Juli turun ke 50,4 dibaniding bulan Juni lalu 54,3 lebih rendah dari perkiraan para analis sebesar 51. Dan indeks manufaktur di bulan Juli juga mengalami pelambatan menjadi 16 dari bulan Juni sebesar 23 .
Alhasil, harga minyak mentah di New York Mercantile Exchange turun US$ 1,48 menjadi US$ 77,5 per barel. Harga minyak brent juga turun US$ 1,37 ke level US$ 76,13 per barel.
Harga minyak pemanas turun 4,32 sen menjadi US$ 1,9994 per galon dan harga bensin juga susut 4,26 sen menjadi US$ 2,0632 per galon.
“Belum jelasnya sinyal pulihnya ekonomi global atau kemungkinan terjadinya resesi lanjutan membuat harga minyak cenderung mengikuti tren bursa saham,” ujar Cameron Hanover, konsultan energi AS. Hal ini juga diikuti dengan turunnya indikator ekononomi, tetapi pasar juga mencermati pendapatan korporasi besar, sektoral dan industri.
Cadangan minyak AS diperkirakan akan turun 2,3 juta barel, sementara itu cadangan besin justru akan meningkat 1,1 juta barel, menurut survei yang dilakukan oleh Platts dari MC Graw- Hill Cos.
Meskipun prediksi musim badai belum terbukti, tetapi ancaman seperti badai tropis Bonnie minggu lalu membuat harga minyak menguat hingga mendekati US$ 80 per barel. Pergantian ke musim gugur serta kecemasan terhadap produksi minyak di teluk Mexico juga belum berakhir “Perkiraan musim badai akan sangat aktif pada tahun ini,” menurut laporan energi dari Sucden Financial Research di London.
Harga gas alam dalam 1 0hari terakhir terus naik. Selasa kemarin harga gas alam ditutup naik 6,3 sen menjadi USR 4,625 per metric kubik. Para analis memperkirakan bahwa akan banyak badai yang akan mendorong harga energi kembali naik karena produksi dan persediaan belum mencukupi.
AP/ VIVA