Freddy menjadi salah satu eksekutif puncak kelompok usaha yang didirikan oleh ayahnya, Johannes Ferdinand Katuari dan kerabatnya, Harjo Sutanto, pada 1948.
Kelompok usaha ini sekarang menjadi salah satu raksasa produk sehari-hari dan mampu bersaing ketat dengan raksasa multinasional seperti Unilever atau Procter & Gamble.
Awalnya Katuari dan Sutanto membuat dan memasarkan sendiri sabun colek dengan nama Fa Wings di Surabaya. Usahanya cukup lancar meski tidak spektakuler.
Perusahaan ini mulai agresif pada 1991 setelah usahanya berubah bentuk dari firma menjadi perseroan terbatas dan nama resminya adalah PT Wings Surya. Mereka memasarkan banyak semua produk yang serupa dengan produk Unilever tapi harganya lebih miring.
Produk-produk itu dijual dengan merek seperti detergen So Klin dan Daia, sabun mandi Giv, sabun kesehatan Nuvo, pasta gigi Ciptadent, pasta gigi anak-anak Kodomo, sampo Zinc dan seterusnya.
Meski menjadi seperti "pengikut" Unilever, tapi mereka sesekali membuat kejutan dan menggegerkan dunia pemasaran. Saat mulai memasarkan detergen Daia, misalnya.
Detergen ini mengisi pasar sabun cuci pakaian bubuk yang harganya lebih miring. Dihadirkan di masa krisis ekonomi, Daia sangat sukses sehingga memaksa Unilever mengeluarkan produk tandingan, Surf.
Wings juga berhasil membuat pasar mie instan berubah saat memasarkan Mie Sedaap. Pemegang pasar mie instan, Indofood, sampai mesti mengeluarkan beberapa produk untuk menanggulangi keberhasilan Mie Sedap.
Keberhasilan Wings tidak hanya di Indonesia. Beberapa tahun silam, dilaporkan bahwa 30 persen pemasukan Wings dari produk ekspornya. Produk ekspor ini banyak menguasai pasar-pasar di Afrika.
Di Nigeria, misalnya. Wings masuk Nigeria pada 1995 dengan produk sabun cuci So Klin. Saat itu pasar sabun cuci di Nigeria dikuasai raksasa Unilever dan Procter & Gamble.
Wings tidak kurang akal untuk menembus pasar yang kuat itu. Sebelum So Klin masuk, detergen yang dipasarkan di Nigeria semua berukuran di atas 200 gram. Harganya tentu saja lebih mahal. Selain itu, semua detergen berwarna biru.
So Klin dipasarkan dalam sachet kecil--tidak berbeda dengan detergen yang dijual di Indonesia. Orang bisa membeli secara eceran. Selain itu, warna So Klin putih, tidak biru seperti pesaingnya yang sudah puluhan tahun di Nigeria.
Hasilnya sangat memuaskan. Untuk kategori detergen umum, So Klin memang masih nomor dua di Nigeria. Tapi untuk segmen sachet yang besarnya 50 persen pasar, seperti ditulis koran Guardian Nigeria, So Klin jelas nomor satu.
Lembaga konsultan pemasaran Euromonitor International, dalam ringkasan laporan soal Nigeria, dari awal sudah mengutip keberhasilan So Klin milik Wings itu menembus pasar Afrika.
NURKHOIRI/DINI MAWUNTYAS