Acuan harga minyak untuk kiriman Juli merosot US$ 0,68 ke US$ 71,36 per barel pada perdagangan Senin (15/6) tengah hari waktu Singapura di pasar elektronik New York Mercantile Exchange. Sementara Jumat lalu, harga minyak juga turun US$ 0,64 ke level US$ 72,04.
Di London, harga minyak jenis Brent ikut melorot US$ 0,71 ke US$ 70,21 per barel pada perdagangan ICE Futures. Sementara nilai tukar euro melemah menjadi US$ 1,3954 per euro pada Senin ini dibandingkan US$ 1,4015 per euro, Jumat lalu.
Harga minyak telah menikmati kenaikan berlipat ganda sejak Maret lalu dalam bagian yang memperkirakan kebijakan fiskal dan moneter stimulus besar-besaran Amerika yang akan mempercepat penurunan dolar. Investor acap membeli minyak mentah dan komoditas lain sebagai aksi lindung-nilai (hedge) terhadap kemungkinan terjadinya inflasi.
Para pedagang juga mengkhawatirkan kenaikan harga minyak belakangan ini tidak didukung oleh meningkatnya pasokan dan penawaran. "Banyak kabar yang beredar di pasar dengan perkiraan yang meningkat di bursa minyak mentah," kata Victor Shum, analis energi di perusahaan konsultan Purvin & Gertz, Singapura. "Kenaikan beruntun ini terlalu cepat dan terlalu singkat dalam waktu yang sama."
Pada Jumat lalu, Organisasi-Organisasi Negara Pengekspor Minyak atau OPEC menurunkan kuota produksinya untuk 2009 sebanyak 230 ribu barel, seiring prediski menurunnya kosnumsi dunia menjadi 83,8 juta barel per hari.
Para Militan Nigeria pada Sabtu (13/6) lalu mengakui telah menyabotase pipa minyak yang dimiliki Chevron Corp, pemasok kebutuhan lokal di wilayah bagian selatan Niger Delta.
Kekerasan semakin memanas di kwaasan tersebut saat pihak militer mengintensifkan operasi untuk memberantas pemberontak yang menginginkan pembagian lebih besar dari penerimaan minyak yang dikumpulkan negara.
AP | BOBBY CHANDRA