Industri Turunkan Produksi Hingga 25 Persen

Reporter

Editor

Minggu, 3 Mei 2009 21:35 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Kalangan industri menurunkan produksi hingga 25 persen dari kapasitas produksi normalnya. Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofyan Wanandi mengatakan produksi menurun karena industri saat ini kesulitan menjual barangnya. "Turun 20 sampai 25 persen," kata Sofyan kepada Tempo, Minggu (3/5).

Menurunnya kemampuan produksi terlihat dari menurunnya impor bahan baku penolong dan barang modal laporan Badan Pusat Statistik (BPS) selama Januari sampai Maret 2009, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. BPS melaporkan impor bahan baku penolong turun 42,25 persen atau dari US$ 23.327,3 juta menjadi US$ 13.471,7 juta. Impor barang modal turun 3,29 persen atau dari US$ 4.411,2 juta menjadi US$ 4.266,1 juta.

Sofyan mengatakan, ekspor manufaktur yang menurun otomatis menyebabkan industri mengurangi impor komponennya karena permintaan produk menurun. Industri yang mengurangi impor bahan baku dan barang modal misalnya komponen, otomotif, elektronik, serta sepatu.

Departemen Perindustrian baru mengeluarkan hitungan pertumbuhan industri triwulan pertama paling lambat dua bulan mendatang, atau Mei. "Kalau angka pertumbuhan ekonomi sudah keluar, otomatis angka pertumbuhan industri keluar," jelas Sekretaris Jenderal Departemen Perindustrian Agus Tjahayana di Jakarta, akhir pekan lalu.

Adapun, Departemen Perindustrian memperkirakan pertumbuhan industri pada tahun ini sebesar 2,5-3,4 persen. Rendahnya target pertumbuhan tersebut akibat krisis ekonomi global.

Menteri Perindustrian Fahmi Idris berpendapat ada sejumlah industri yang justru menaikkan produksinya. Alasannya, ada peningkatan konsumsi listrik oleh sejumlah industri akibat adanya diskon tarif listrik daya maks plus. "Karena tarif turun, mereka menaikkan produksi," Fahmi menjelaskan. Contohnya, kata Fahmi, industri makanan dan minuman yang tumbuh 2-3 persen, sepatu naik 10-15 persen, serta perkapalan 5-7 persen.
"Tumbuh beberapa galangan kapal di sekitar Batam, Bintan dan Karimun," kata Fahmi.

Industri petrokimia juga menaikkan produksinya sedikit sampai Oktober-Desember tahun lalu, tapi Fahmi tidak menyebutkan angka kenaikan.

Sedangkan industri yang produksinya stagnan yaitu otomotif dan kulit. Namun Fahmi yakin, industri otomotif masih bisa meningkatkan produksinya. "Mereka mencoba meningkatkan produksinya," ujarnya.

Sementara industri yang menurun produksinya, misalnya baja, karena harga yang turun hingga 50 persen serta kulit. Produksi tekstil juga turun 10-15 persen. "Penurunan pertumbuhan industri tidak terlepas dari masalah krisis global yang menyebabkan penurunan ekspor, ini yang menyebabkan terpukulnya industri manufaktur," tutur Fahmi.


NIEKE INDRIETTA

Berita terkait

Ini Dua Dampak Konflik Iran-Israel Menurut Asosiasi Pengusaha Indonesia

10 hari lalu

Ini Dua Dampak Konflik Iran-Israel Menurut Asosiasi Pengusaha Indonesia

Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo merespons soal imbas konflik Iran-Israel.

Baca Selengkapnya

Prabowo-Gibran Unggul di Hitung Cepat, Pengusaha Masih Menunggu Kabinet dan Oposisi

17 Februari 2024

Prabowo-Gibran Unggul di Hitung Cepat, Pengusaha Masih Menunggu Kabinet dan Oposisi

Pengusaha masih wait and see kendati Prabowo-Gibran unggul di hitung cepat. Mereka menunggu menteri ekonomi. Situasi oposisi juga menentukan.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Kemenhub Sebut 107,63 Juta Orang Lakukan Perjalanan saat Nataru, Calon Presiden Anies dan Ganjar Soroti Hal-hal Ini

12 Desember 2023

Terpopuler: Kemenhub Sebut 107,63 Juta Orang Lakukan Perjalanan saat Nataru, Calon Presiden Anies dan Ganjar Soroti Hal-hal Ini

Kementerian Perhubungan atau Kemenhub mengungkapkan jumlah pergerakan masyarakat selama Natal dan Tahun Baru (Nataru) tahun ini melonjak drastis.

Baca Selengkapnya

Ragam Komentar soal Biaya Tambahan QRIS, dari Pedagang hingga Pembeli

16 Juli 2023

Ragam Komentar soal Biaya Tambahan QRIS, dari Pedagang hingga Pembeli

Keputusan Bank Indonesia membebankan biaya tambahan QRIS menuai beragam reaksi dari masyarakat, baik pihak pembeli maupun pedagang.

Baca Selengkapnya

Asosiasi Pengusaha Perkirakan Ada Gelombang PHK Tahun Ini, Apa Sebabnya?

11 Juli 2023

Asosiasi Pengusaha Perkirakan Ada Gelombang PHK Tahun Ini, Apa Sebabnya?

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memperkirakan akan ada gelombang PHK atau pemutusan hubungan kerja pada tahun ini. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

Ragam Respons soal Kabar Toko Buku Gunung Agung yang Bangkrut dan PHK Karyawan

24 Mei 2023

Ragam Respons soal Kabar Toko Buku Gunung Agung yang Bangkrut dan PHK Karyawan

Aspek Indonesia, Apindo, hingga Direksi buka suara soal kabar Toko Buku Gunung Agung yang bangkrut dan PHK ratusan karyawan.

Baca Selengkapnya

Apindo Pastikan Anggota Bayar THR Tepat Waktu Tanpa Dicicil, Ekonomi sudah Pulih

5 April 2023

Apindo Pastikan Anggota Bayar THR Tepat Waktu Tanpa Dicicil, Ekonomi sudah Pulih

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani memastikan anggota asosiasi tersebut akan bayar THR tepat waktu dan tanpa dicicil.

Baca Selengkapnya

Tak Dilibatkan dalam Perpu Cipta Kerja, Apindo: Teman-teman Lain Juga Gak Diajak Bicara

3 Januari 2023

Tak Dilibatkan dalam Perpu Cipta Kerja, Apindo: Teman-teman Lain Juga Gak Diajak Bicara

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengaku kecolongan karena tak dilibatkan dalam pembuatan Perpu Cipta Kerja.

Baca Selengkapnya

Heru Budi Hartono Teken UMP DKI Rp 4,9 Juta, Tolak Keinginan Buruh Naik 10,5 Persen

12 Desember 2022

Heru Budi Hartono Teken UMP DKI Rp 4,9 Juta, Tolak Keinginan Buruh Naik 10,5 Persen

DKI Jakarta menerbitkan Keputusan Gubernur Nomor 1153 Tahun 2022 tentang Upah Minimum Provinsi atau UMP DKI tahun 2023 sebesar Rp4.901.798 per bulan.

Baca Selengkapnya

Truk ODOL Dilarang Beroperasi Mulai 2023, Apindo: Butuh Transisi, Kalau Tidak Bisa Chaos

6 Desember 2022

Truk ODOL Dilarang Beroperasi Mulai 2023, Apindo: Butuh Transisi, Kalau Tidak Bisa Chaos

Pengusaha khawatir kebijakan ODOL tanpa transisi dapat menimbulkan kekacauan yang mengganggu aktivitas usaha.

Baca Selengkapnya