TEMPO Interaktif, Jakarta:Pemerintah belum menerbitkan peraturan pengawasan ekspor beras. Fokus pemerintah saat ini adalah pemenuhan beras nasional. Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan, rencana pengawasan ekspor beras masih dibahas. "Kami masih melakukan evaluasi dan dibahas opsinya," ujarnya, Kamis (27/3). Menurut Mari, opsi yang sedang dibahas antardepartemen adalah cara untuk mengendalikan ekspor. Yang terpenting, kata dia, yang terpenting saat ini adalah penyediaan berada dalam negeri. Mari mengatakan, lonjakan harga beras di pasar dunia apakah karena tren harag atau karena musiman. Dia menambahkan, pemerintah mengantisipasi kemungkinan perebesan beras ke pasar ekspor. "Kami sudah menyadari hal itu dan menyikapinya dengan komprehensif," katanya. Pengamat ekonomi pertanian Fadhil Hasan menyatakan, pemerintah tak perlu tergesa-gesa menyikapi rencana ekspor akibat tingginya harga beras internasional. Menurut dia, pemerintah harus yakin surplus beras terjadi sepanjang tahun dan bukan musiman. "Jangan terlalu optimistis sebelum data produksi dan konsumsi beras akurat," ujarnya. Fadhil mengungkapkan, pada 2004 pun ada wacana ekspor beras. "Tapi datanya tidak bisa diverifikasi," katanya. Ekspor beras, kata dia, berpotensi menjadi masalah jika tak dikaji secara matang. Dia menjelaskan, kenaikan harga beras internasional pada saat ini masih bersifat temporer. Penyebabnya, kata Fadhil, karena beberapa negara produsen beras seperti Cina, Vietnam dan India sedang mengalami gangguan produksi dan menahan ekspornya. Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Pande Radja Silalahi menilai, ekspor beras tidak akan langsung memperbaiki nasib para petani miskin yang hanya memiliki lahan kurang dari dua hektare. "Jika pemerintah ingin membantu petani caranya dengan meminta Bulog membeli lebih banyak beras pertain dan mendahulukan distribusi pupuk," katanya. Pande mengingatkan pemerintah agar tidak mengulang kesalahan dengan menerbitkan kebijakan seperti minyak goreng. "Yang penting pemerintah harus amankan stok beras, bukan yang lain," ujarnya. Ekspor beras, kata dia, hanya akan dinikmati pedagang dan bukan petani. Harga beras internasional pekan lalu melonjak hingga US$ 618,5 - 745 per ton untuk beras Filipina. Sedangkan harga beras Thailand yang belum termasuk biaya angkut sebesar US$ 530 - 550 per ton. RR ARIYANI | AMIRULLAH | ALI NY
Faisal Basri Tanggapi Airlangga Hartarto soal Produksi Beras Anjlok 5,88 Juta Ton karena El Nino: Bluffing Luar Biasa
19 hari lalu
Faisal Basri Tanggapi Airlangga Hartarto soal Produksi Beras Anjlok 5,88 Juta Ton karena El Nino: Bluffing Luar Biasa
Faisal Basri mengkritik statment Airlangga Hartarto dalam sidang sengketa Mahkamah Konstitusi yang menyebut produksi beras di Indonesia turun karena El Nino.