TEMPO.CO, Bogor - Menteri Badan Usaha Milik Negara, Rini Soemarno, mengatakan tujuan pembentukan holding BUMN di sektor perbankan adalah untuk efisiensi back office seperti mesin ATM, mesin EDC, dan database.
Rini mencontohkan mesin ATM. Saat ini, jumlah mesin ATM dari empat bank BUMN mencapai 60 ribu buah.
"Tapi tempatnya dekat-dekat sehingga belum semua daerah terjangkau. Dengan holding, 60 ribu ATM ini bisa tersebar lebih luas. Kami harap, nasabah bertambah. Kalau transaksi antar empat bank bisa kita nol kan, nasabah baru akan memilih bank BUMN karena ada di mana-mana," kata Rini di Wikasatrian, Bogor, Sabtu, 29 April 2017.
Baca: Transaksi Antarbank BUMN Akan Digratiskan
Namun, dengan adanya holding, keempat bank BUMN tidak akan kehilangan identitasnya masing-masing. "Kalau pinjam kredit rumah, pilihan pertamanya BTN. Kalau kita pengusaha kecil, pilihan pertamanya BRI. Tapi bukan berarti bank lain tidak ada programnya. Tetap jalan. Peningkatan laba menjadi target utama."
Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei, dan Konsultan Kementerian BUMN, Gatot Trihargo, mengatakan kinerja empat bank BUMN akan menjadi lebih fokus jika dibentuk holding.
Baca: Holding BUMN Perbankan Tinggal Tunggu Perpres
"BNI dan Bank Mandiri hampir sama, corporate dan commercial. BRI harus fokus mikro ritel. BTN fokus sebagai mortgage bank," ujarnya.
Gatot menambahkan, dengan holding, belanja modal keempat bank tersebut juga lebih efisien. Selain itu, biaya transaksi antar bank juga bisa turun.
"Saat ini sudah turun dari Rp 6.500 ke Rp 4.000. Kami minta untuk bisa diturunkan lagi, kalau bisa Rp 0. Kalau bisa lebih murah, nasabah non bank BUMN bisa masuk ke bank BUMN."
ANGELINA ANJAR SAWITRI