TEMPO.CO,Denpasar - Pemerintah menargetkan keterlibatan swasta dalam program pembangunan jalan di Tanah Air dapat mencapai 27 persen sepanjang 2015—2019. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basoeki Hadimoeljono menyatakan, dalam Indonesia Road Development Plan 2015—2019, pemerintah telah menyusun berbagai target.
Beberapa di antaranya mencakup pembangunan jalan raya baru sepanjang 2.650 kilometer, jalan tol baru sepanjang 1.000 kilometer. Selain itu, juga pengembangan kapasitas jalan yang ada sepanjang 3.073 kilometer.
Seluruh rencana pengembangan tersebut membutuhkan Rp733 triliun. Dari jumlah sebanyak itu, pemerintah hanya dapat memenuhi 37 persen atau sekitar Rp263 triliun, 27 persen diharapkan terpenuhi dari pemerintah daerah, 9 persen lainnya dari BUMN. Adapun, kekurangan dana sebesar 27 persen diharapkan terpenuhi dari swasta.
“Kami sudah menerbitkan serangkaian peraturan untuk menumbuhkan iklim investasi, misalnya, aturan dukungan pemerintah, jaminan pemerintah, fasilitas pajak, termasuk hal yang sering menghambat selama ini, yaitu pengadaan tanah,” ujarnya, Rabu, 22 Maret 2017.
Menteri mengatakan hal itu usai membuka 15Th REAAA Conference & IRF Global Road Summit yang digelar pada 22—24 Maret. Menurut Basoeki, forum konferensi internasional Road Engineering Association of Asia and Australasia (REAAA) merupakan sarana yang tepat bagi para ahli pembangunan untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman praktis terkait teknologi terbaru di bidang pembangunan jalan.
Dia berharap agar konferensi ini dapat meningkatkan partisipasi swasta dalam pembangunan infrastruktur. Presiden REAAA Hermanto Dardak mengatakan, konferensi ini mengumpulkan asosiasi jalan dari berbagai belahan dunia, seperti Jepang, Filipina, hingga Australia dengan jumlah peserta mencapai hampir 1.000 orang.
Konferensi yang mengangkat tema Roads for Better Living ini juga membahas berbagai topik, mulai dari hal teknis terkait dengan teknologi pembangunan jalan, keselamatan, hingga forum bisnis.
“Jalan adalah infrastruktur fundamental. Dampaknya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, mobilisasi masyarakat,” ujarnya.
Ketua Himpunan Pengembang Jalan Indonesia (HPJI) Hediyanto W. Husaini menuturkan, pemerintah membutuhkan swasta sebagai mitra untuk pengembangan berbagai infrastruktur, terutama jalan. Dia meyebutkan, investor asal Jepang dan Australia yang paling potensial menanamkan modal di Indonesia.
“Konferensi REAAA ke-15 ini mengundangbanyak investor potensial. Mereka bisa melihat prospek pembangunan jalan di Indonesia,” ujarnya.
Menurutnya, rencana pengembangan jalan di Sumatra dan Lombok menjadi dua proyek yang potensial ditawarkan.
“Raja Salman kan tertarik mengembangkan pariwisata di Mandalika, Lombok. Mereka juga ada permintaan memperlebar jalan. Nah, kami harapkan dukungan swasta untuk ini,” ujarnya.
REAAA saat ini beranggotakan 1.400 orang anggota profesional yang berkecimpung dalam pembangunan jalan dan industri terkait di lebih 24 negara. Konferensi tahun ini dihadiri lebih dari 700 orang peserta, terdiri dari 245 peserta internasional dari negara anggota REAAA, serta 460 orang peserta dari Indonesia.
BISNIS.COM