TEMPO.CO, BEIJING – Perusahaan asal Korea Selatan, Lotte Group, menyatakan bahwa pemerintah Republik Rakyat Cina telah menghentikan proyek real estate milik perusahaan yang berlokasi di bagian timur laut Kota Shenyang, Provinsi Liaoning, Cina. Penghentian dilakukan setelah aparat setempat memeriksa fasilitas pemadam kebakaran.
Baca : Siap IPO, Saudi Aramco Bidik Bursa Singapura
Penghentian proyek senilai miliaran dolar tersebut memicu ketegangan antara Cina dan Korea Selatan. Seperti dilaporkan kantor berita Reuters kemarin, langkah otoritas di Shenyang itu merupakan pembalasan pemerintah RRC atas rencana pemasangan sistem pertahanan radar Terminal High Altitude Area Defence (THAAD) oleh pemerintah Korea Selatan.
Pemerintah Cina keberatan atas rencana pemasangan radar THAAD yang berlokasi di lahan milik Lotte di Seongju, sekitar 200 kilometer dari Seoul. Radar ini diduga dapat menembus wilayah RRC, sehingga dianggap melecehkan kedaulatan Cina.
Baca : 2030, Kebutuhan Investasi Gas Capai US$ 80 Miliar
Padahal pemerintah Cina tengah berupaya meredakan ketegangan terkait dengan masalah perbatasan di antara kedua negara di wilayah semenanjung Korea. Pemerintah Korea Selatan melunak. Mereka menyatakan terbuka untuk berdialog dengan pemerintah RRC untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Sejak Desember tahun lalu, otoritas Shenyang memeriksa fasilitas pemadam kebakaran di lokasi proyek real estate milik Lotte. Selain itu, pemerintah Cina mengecek kelengkapan pajak terhadap 120 lokasi toko retail milik Lotte yang tersebar di seluruh Cina.
Baca : 2017, Sektor Kesehatan Dinilai Tujuan Investasi Prospektif
Proyek Lotte di Shenyang merupakan kompleks perumahan, lapangan golf, dan pusat perbelanjaan yang berdiri di atas lahan seluas 1,45 juta meter persegi. Lotte berencana membangun taman bermain di area tersebut.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Lu Kang, menyatakan tidak tahu-menahu mengenai penghentian proyek Lotte karena masalah THAAD. “Pada dasarnya, pemerintah Cina terbuka terhadap investor asal negara lain. Namun, pada saat yang sama, perusahaan asing harus menghormati hukum dan aturan yang berlaku,” ujarnya. Lu menegaskan sikap pemerintah terkait dengan pemasangan THAAD sudah sangat jelas, yakni menolak.
Juru bicara Lotte Group, Song No-hyun, menolak berkomentar terkait dengan penghentian proyek oleh Cina tersebut. Menurut dia, perusahaan akan segera memperbaiki fasilitas pemadam kebakaran agar proyek bisa kembali dilanjutkan.
Ketegangan politik antara Korea Selatan dan Cina membuat perusahaan asal Negeri Ginseng harus mencari cara agar bisnisnya di Cina tetap lancar. Perusahaan asal Korea Selatan lainnya, Hyundai Motor, pada awal pekan lalu mengumumkan akan menggandeng perusahaan lokal Cina untuk memasok baterai bagi produk mobil hybrid yang dijual di negara itu.
Seorang sumber di internal perusahaan Hyundai kepada Reuters mengatakan keputusan ini dibuat agar produk Hyundai tetap bisa dijual di Cina, menyusul ketegangan di antara kedua negara. Selama ini, Hyundai memakai baterai buatan perusahaan Korea Selatan lainnya untuk produk mobil hybrid. “Cina merupakan salah satu pasar penting kami, maka kami harus menggandeng perusahaan komponen lokal,” kata sumber tersebut.
Secara resmi, Hyundai membenarkan rencana menggandeng perusahaan Cina tersebut. Juru bicara Hyundai mengatakan keputusan itu diambil atas dasar pertimbangan harga. Dengan mengambil baterai buatan Cina, maka harga jual mobil bisa lebih kompetitif.
REUTERS | PRAGA UTAMA