TEMPO.CO, Jakarta - Senior Analis dari Bina Artha Securities Reza Priyambada mengatakan, secara teknikal Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG pada perdagangan kemarin memberikan sinyal akan terjadinya koreksi pada perdagangan hari ini.
"Ada peluang bagi indeks akan menurun, dan menyentuh area batas bawah di 5.283 dan 5.273," ucap Reza Priyambada dalam pesan tertulisnya, Kamis, 26 Januari 2017.
Analis saham dari Reliance Securities Lanjar Nafi menambahkan, hari ini indeks juga diperkirakan akan bergerak cenderung mixed, tertekan dengan range pergerakan 5.248-5.315. "Saham-saham yang masih dapat diperhatikan diantaranya INCO, INTP, KLBF, PGAS, SCMA," kata Lanjar.
Sempat menguatnya laju rupiah menjadi pendorong kenaikan IHSG pada perdagangan kemarin. Penguatan itu bersamaan dengan positifnya laju bursa saham global, yang berimbas pada laju bursa saham Asia yang ikut positif. Tidak hanya itu, rilis data-data Asia yang dinilai cukup positif juga turut mendongkrak laju indeks saham Asia.
Data Ekspor Jepang pada Desember tahun lalu naik jauh di atas ekspektasi di level 5,4 persen dibandingkan periode yang sama di 2015 di -0,4 persen. Menurut dia, hal ini menjadi pengukur positif upaya Perdana Menteri Shinzo Abe dalam menghidupkan kembali perekonomian.
Namun pergerakan positif bursa Asia tertahan dengan pelemahan harga minyak 0,8 persen, setelah data industri menunjukan estimasi stok minyak di AS meningkat dan Libya meningkatkan output minyak mentah ke level tertinggi sejak 2014.
Di Indonesia, seperti biasa, pasca terjadi kenaikan, laju IHSG tertahan dengan mulai adanya aksi ambil untung atau profit taking yang juga dibarengi dengan pelemahan tipis rupiah. Akibatnya, laju IHSG tidak mampu bertahan di sekitar level tertingginya di 5.310.
IHSG kemarin ditutup menguat tertahan 1,69 poin sebesar 0,03 persen di level 5.293,78. Saham-saham berkapitalisasi pasar kecil terlihat laris diperdagangkan. Salah satunya saham-saham Grup Bakrie yang menduduki peringkat atas dalam hal volume perdagangan, pasca saham BUMI ditetapkan likuid dan masuk kedalam Indeks LQ45.
Indeks sektor industri dasar memimpin penguatan dengan menguat 1,59 persen, sedangkan indeks sektor keuangan melemah paling dalam di sebesar -0,42 persen. "Pertumbuhan pinjaman yang diperkirakan turun menjadi 8,2 persen dari 8,5 persen menjadi faktor utamanya," ucap Lanjar Nafi.
Meski demikian, investor asing kembali masuk ke pasar modal dengan mencatatkan penjualan bersih atau net buy sebesar Rp 388,11 miliar. "Ini merupakan aksi capital inflow terbesar di 2017," kata Nafi.
DESTRIANITA