TEMPO.CO, Jakarta - Masih melemahnya laju dolar Amerika Serikat memberikan dukungan bagi penguatan sejumlah mata uang negara lain. Melemahnya dolar Amerika terjadi seiring sikap skeptis pelaku pasar terhadap kebijakan Presiden Donald Trump yang terkesan proteksionis.
Rupiah termasuk mata uang yang memanfaatkan kondisi ini untuk kembali melanjutkan penguatan meski dari dalam negeri masih minim sentimen terkait dengan makro ekonomi.
Baca Juga:
Menurut analis senior dari Binaartha Sekuriras, Reza Priyambada, skenario penguatan rupiah dengan memanfaatkan pelemahan dolar Amerika diharapkan masih berjalan hari ini, Rabu, 25 Januari 2017.
Baca: Bertransaksi dengan Uang Digital, Berikut Tipsnya
"Apalagi ditambah dengan sentimen masih melemahnya imbal hasil (yield) obligasi Amerika yang mendorong pelemahan laju dolar Amerika sehingga kami mengharapkan skenario tersebut masih dapat berjalan," ujar Reza dalam keterangan tertulis, Rabu, 25 Januari 2017.
Pada perdagangan esok hari, menurut Reza, rupiah diperkirakan akan bergerak pada kisaran support 13.365 dan resisten 13.249. "Tetap cermati berbagai sentimen yang akan mempengaruhi perubahan pada laju rupiah," ucapnya.
Baca: Donald Trump Presiden AS, Bagaimana Nasib Surat Utang RI?
Berdasarkan data Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah pada perdagangan Selasa kemarin, 24 Januari 2017, ditutup naik 42 poin atau 0,31 persen ke level 13.330 per dolar Amerika.
DESTRIANITA