TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyambut baik capaian ekspor pada Januari-November 2016 yang mencatatkan surplus US$ 7,79 miliar. Dia pun menargetkan pertumbuhan ekspor nonmigas pada 2017 sebesar 11,9 persen, sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM).
"Namun, sejalan dengan dinamika perkembangan ekonomi global yang cenderung melambat, kami memproyeksikan target ekspor minimal 5,6 persen," kata Enggar dalam konferensi persnya di Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Rabu, 4 Januari 2017.
Baca : DPR Prediksi Ekonomi 2017 Tumbuh 5,5 Persen
Untuk meningkatkan pertumbuhan ekspor, menurut Enggar, kementeriannya akan mencari terobosan, yakni dengan membuka pasar baru di luar pasar tradisional yang selama ini telah digarap. "Pasar itu adalah seluruh negara di Afrika serta India, Pakistan, Bangladesh, dan Srilanka," ujarnya.
Selain itu, menurut Enggar, kementeriannya juga akan membentuk tim khusus untuk meningkatkan pertumbuhan ekspor sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo. "Nantinya, Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional bukan konsentrasi pada promosi saja, tapi orientasi bagaimana meningkatkan ekspor," tuturnya.
Baca : Indonesia Incar Arab Saudi Jadi Tujuan Ekspor Sayur
Enggar menambahkan, Kementerian Pertanian akan meningkatkan daya saing untuk meningkatkan pertumbuhan ekspor. "Yakni dengan memfasilitasi pengembangan produk dan menyediakan informasi pasar. Selain itu, evaluasi akan dilakukan pada negara tujuan ekspor dan produk-produk baru yang diekspor," katanya.
Baca : Harga Migas dan Sawit Anjlok, Ekonomi Riau Lesu
Yang terakhir, menurut Enggar, pemerintah akan meneruskan negosiasi kerjasama bilateral pada 2017, yaitu Indonesia-EU CEPA, Indonesia-European Free Trade Association (EFTA) Comprehensive Economic. Partnership Agreement (CEPA), Indonesia-Australia CEPA, lndonesia-Turki Free Trade Agreement (FTA), Indonesia-Rusia FTA, serta beberapa negara lain, yakni Korea Selatan, Jepang, Chili, Peru, dan Iran.
ANGELINA ANJAR SAWITRI