TEMPO.CO, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan menguat pada perdagangan hari ini, Kamis, 12 Agustus 2016. Kondusifnya pasar saham global dan kawasan Asia, serta peluang penguatan lanjutan nilai tukar rupiah terhadap dolar akan mempengaruhi psikologis pasar.
Analis ekonomi dari First Asia Capital David Sutyanto memperkirakan saham-saham yang sensitif akan suku bunga atau interest-rate berpeluang menguat, di tengah meningkatnya ekspektasi atas program pelonggaran likuiditas lanjutan.
"IHSG diperkirakan berpeluang melanjutkan tren penguatannya dengan menguji resisten di 5.300. Sedangkan level support di 5.230," kata David Sutyanto dalam pesan tertulisnya Kamis, 8 Desember 2016.
IHSG kemarin bergerak di teritori negatif setelah enam hari perdagangan menguat. Namun koreksi IHSG berhasil berkurang, setelah sempat koreksi 43 poin di sesi pertama, akhirnya indeks ditutup di 5.265,36 atau hanya koreksi tipis 7,59 poin (0,14 persen).
Menurut David, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga di Rp13.333 ikut mendorong aksi beli selektif atas sejumlah saham sektoral yang sensitif interest-rate seperti saham perbankan. "Penguatan di sejumlah saham unggulan perbankan berhasil mengimbangi aksi ambil untung pemodal di saham sektor tambang, infrastruktur dan konsumsi," ucap David.
Namun, pergerakan IHSG kemarin tidak searah dengan tren pergerakan pasar saham kawasan Asia yang umumnya bergerak di teritori positif. Fokus pasar kawasan dan global saat ini tertuju pada hasil pertemuan Bank Sentral Eropa atau ECB yang diharapkan bisa memperpanjang program stimulus (QE) yang akan berakhir Maret 2017.
Sementara tadi malam, bursa global melanjutkan tren kenaikannya. Indeks saham di Uni Eropa, Eurostoxx, menguat hingga 1,34 persen di 3.142,24. Di Wall Street indeks DJIA dan S&P kembali mencatatkan rekor tertinggi baru masing-masing menguat 1,55 persen dan 1,32 persen, masing-masing di 19.549,62 dan 2.241,35. Indeks Nasdaq menguat 1,14 persen di 5393,76.
Sedangkan harga komoditas seperti minyak mentah dan logam cenderung koreksi. Harga minyak mentah di AS tadi malam kembali melemah 2,16 persen di US$ 49,83 per barel. "Penguatan bursa saham global dipicu spekulasi pasar atas hasil pertemuan ECB Kamis ini yang diperkirakan akan memperpanjang program stimulusnya (QE)," ucap David.
Selain itu, pasar juga menanti hasil pertemuan The Fed pekan depan dan diperkirakan akan menaikkan tingkat bunganya 25 basis poin, menyusul data-data ekonomi AS sejauh ini mendukung kebijakan normalisasi The Fed. Meredanya tekanan jual di pasar obligasi negara juga turut menopang rally di pasar saham. Yield oligasi AS tenor 10 tahun tadi malam turun 2 persen di 2,34 persen.
DESTRIANITA