TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan transportasi online, PT Go-Jek Indonesia, mendapatkan suntikan dana segar senilai US$ 550 juta atau senilai Rp 7,23 triliun. Seperti dikutip dari situs TechCrunch, Kamis, 4 Agustus 2016, suntikan dana baru tersebut membuat Go-Jek saat ini bernilai US$ 1,3 miliar atau sekitar Rp 17,1 triliun. Kesepakatan tersebut akan diumumkan pada pekan ini.
Namun situs TechCrunch tidak menyebutkan investor yang akan menyuntikkan dana segar itu. Rencananya, Go-Jek akan menggunakan dana tersebut untuk mengembangkan layanannya menghadapi pesaingnya Uber dan Grab.
Menurut sumber yang diwawancarai oleh TechCrunch, tidak terdapat sinyal bahwa Go-Jek akan menggunakan dana itu untuk berekspansi ke luar Indonesia. Bulan lalu, Go-Jek dikabarkan tengah mengadakan pembicaraan dengan beberapa investor, yakni KKR dan Warburg Pincus, yang berminat untuk menyuntikkan dana segar sebesar US$ 400 juta. Saat ini, investor yang telah menanamkan modalnya di Go-Jek adalah Sequoia Capital, DST Global, serta NSI Ventures, perusahaan modal ventura yang berbasis di Singapura.
Dengan kesepakatan itu, Go-Jek menjadi salah satu perusahaan teknologi dengan nilai tertinggi di Asia Tenggara. Perusahaan teknologi lainnya yang bernilai di atas US$ 1 miliar adalah Garena (US$ 3,75 miliar), Grab (US$ 1,5-1,6 miliar), dan Lazada (US$ 1,5 miliar).
Go-Jek didirikan pada 2010. Namun, baru pada awal 2015 perusahaan milik Nadiem Makariem itu meluncurkan aplikasi transportasi online-nya. Saat ini, Go-Jek memiliki sekitar 200 ribu pengemudi di seluruh Indonesia. Pada Juni 2016, Go-Jek mendapatkan permintaan layanan hingga 20 juta order atau sekitar 667 ribu order per hari.
TECHCRUNCH | ANGELINA ANJAR SAWITRI