TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari BCA, David Sumual, mengatakan, jika Inggris benar-benar keluar dari Eropa atau Brexit (British Exit), rupiah dipastikan akan melemah. Namun David tak bisa memprediksi rentang batas atas dan batas bawah kurs rupiah karena terlalu lebar.
“Kalau Brexit jadi, kurs rupiah bisa sampai kisaran 13.500-13.600,” ujarnya saat dihubungi pada Jumat, 24 Juni 2016.
Luasnya rentang ini, kata David, akibat efek yang muncul. Ia menuturkan, bila batal Brexit, kurs rupiah bisa menjejak di level 13.200. Sedangkan bila terjadi Brexit, kurs rupiah dipastikan melemah.
David menuturkan, saat perdagangan dibuka, kurs rupiah berada di level 13 ribuan. Namun tak lama kemudian lajunya melemah ke level 13.416. Sedangkan dalam perdagangan kemarin, nilai tukar rupiah terhadap dolar ditutup pada level 13.396. “Kami khawatir ada efek domino dari Brexit,” kata dia.
Menurut dia, dengan keluarnya Inggris dari Uni Eropa, perekonomian Inggris akan melambat. Nilai pound sterling juga akan jatuh. Hal ini bisa dimanfaatkan oleh mata uang seperti dolar Amerika dan yen untuk menguat.
Baca Juga:
Dengan adanya dampak terhadap perekonomian global tersebut, ucap David, ada kecenderungan pelarian modal. Investor akan cenderung menempatkan aset ke tempat yang aman, seperti tax haven.
“Likuiditas pun jadi ketat dan bank jadi penuh curiga,” tutur David. Ia melanjutkan, bukan tak mungkin bila ada bank yang sampai jatuh.
BAGUS PRASETIYO