TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik mengumumkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2016 hanya menyentuh angka 4,92 persen year on year. Pencapaian itu sedikit meleset dari target yang diharapkan pemerintah. BPS menilai pertumbuhan kali ini didorong oleh belanja pemerintah untuk realisasi investasi.
Wakil Presiden Jusuf Kalla tak mempermasalahkan pertumbuhan ekonomi yang tak sesuai
harapan. Ia mengatakan memasuki kuartal berikutnya pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan lebih membaik. "Masih di bawah target. Kami akan berupaya lagi di kuartal berikutnya," kata Kalla di Jakarta, kemarin.
Kalla menilai kondisi pasar yang masih menurun menjadi salah satu penyebabnya. Memasuki kuartal II, lanjutnya, pemerintah bakal memaksimalkan penyerapan anggaran. Di sisi lain, investasi pun akan gencar dilakukan.
Tak hanya itu, Kalla meminta kepada pemerintah daerah agar lebih produktif lagi. Dengan meningkatnya dana transfer daerah dan dana desa mestinya daerah bisa tumbuh. "Besarnya dana transfer tidak mendorong pertumbuhan ekonomi," katanya dalam acara Indonesia Investment Week 2016.
Tampaknya pemerintah mesti bekerja lebih keras lagi. Daewoo Securities Indonesia menyebut realisasi anggaran pemerintah pada kuartal I 2016 baru mencapai 2,9 persen dan investasi yang terserap 5,6 persen. Sementara ekspor yang mengalami defisit mencapai 3,9 persen, begitu juga dengan impor yang negatif 4,2 persen.
Analis dari Daewoo Securities, Taye Shim, menilai paket kebijakan yang sudah meluncur 12 jilid belum memberikan dampak signifikan kepada pertumbuhan ekonomi. "Agak mengecewakan (paket kebijakan)," ucapnya.
ADITYA BUDIMAN