TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyebutkan pemerintah membutuhkan pembiayaan utang sebesar Rp 605,3 triliun untuk 2016.
"Ada yang net pinjaman defisit 2016, penyertaan modal negara, dan refinancing," kata Bambang dalam acara Investor Gathering di Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin, 7 Desember 2015.
Bambang menjelaskan, pemerintah membutuhkan pembiayaan utang karena kondisi global pada 2016 diprediksi tidak pasti, kendati akan dinilai lebih baik dibandingkan 2015.
"Memang 2015 tidak bisa dibilang krisis keuangan global, tapi yang pasti ini berat bagi perekonomian global," kata mantan Wakil Menteri Keuangan itu.
Lemahnya kondisi perekonomian di 2015 lantaran rencana Bank Sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga acuan, merosotnya pertumbuhan ekonomi Cina di bawah 7 persen, dan turunnya harga komoditas, misalnya minyak mentah dunia. Bambang mengatakan titik terendah harga minyak mentah terjadi tahun ini.
"2015 kurang cerah bagi ekonomi global dan dampaknya bagi kita," ujar Bambang.
Karena itu, Bambang mengatakan anggaran untuk tahun depan lebih ekspansif. Dia pun berharap Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko dapat bekerja maksimal mencari pembiayaan utang. Musababnya, pencarian pinjaman mata uang asing tahun depan lebih ketat. "Lelang akan lebih panjang persaingannya karena negara lain butuh pembiayaan," ujar Bambang.
Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution menyatakan kondisi perekonomian global saat ini memang tengah merosot. Hampir semua negara maju, menurut dia, memiliki utang yang banyak. Tidak hanya 100 persen, tapi bisa 150 sampai 200 persen. "Dilihat dari segi itu, kita sudah lebih sehat," ujar mantan Gubernur Bank Indonesia itu.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Robert Pakpahan mengatakan pencarian pembiayaan utang akan dilakukan melalui penerbitan surat berharga negara sebesar Rp 532,4 triliun, penarikan pinjaman luar negeri non-SLA Rp 69,2 triliun, dan penarikan pinjaman dalam negeri Rp 3,7 triliun. "SBN naik sedikit dari awal yang kami ceritakan Rp 511 triliun karena yang akan jatuh tempo 2016 sangat mudah bergerak apabila kami terbitkan SBN singkat."
Anggaran pendapatan dan belanja negara 2016 defisit sebesar Rp 273, 2 triliun. Sedangkan alokasi investasi penyertaan modal negara sekitar Rp 58,1 triliun dan pembiayaan utang jatuh tempo Rp 256 triliun. Adapun pengelolaan portofolio utang Rp 3 triliun dan SPN cash management Rp 15 triliun.
SINGGIH SOARES