TEMPO.CO, Jakarta - Pasar obligasi makin melirik tenor di atas 25 tahun, setelah menguatnya prediksi pasar jika bank sentral Amerika Serikat akan menaikkan suku bunga acuannya pada Desember 2015.
“Yang menarik adalah aktifnya transaksi di tenor di atas 25 tahun, seiring dengan kemungkinan naiknya Fed Rate pada bulan Desember nanti,” kata Maximilianus Nico Demus. L, Fixed Income Analyst Samuel Sekuritas Indonesia dalam risetnya yang diterima hari ini, Rabu (18 November 2015).
Dikemukakan tampaknya para pelaku pasar dan investor mulai mencermati obligasi berdurasi jangka panjang, disamping surat utang negara jangka pendek.
Pemicunya, ujar dia, saat ini obligasi jangka panjang dengan durasi di atas 20 tahun dinilai sudah dalam posisi harga yang murah.
Nico mencontohkan, seperti tekanan yang sudah dirasakan obligasi pemerintah seri FR72 dan FR67.
Kondisi tersebut, tambahnya, menyebabkan prilaku pasar menjadi berubah. Biasanya menjauhi obligasi jangka panjang yang tertekan jika ada gejolak karena berisiko besar, kini malah terbalik.
“Bond (jangka panjang) harganya turun. Kalau turun kesempatan baik untuk membeli,” kata Nico.
Apalagi, ujarnya, pasar meyakini jika Fed Rate jadi naik pada Desember 2015, maka akan pasar akan bereaksi tapi diprediksi sesaaat.
Setelah itu, ujarnya, kesempatan bagi obligasi yang sudah tertekan bangkit kembali pada tahun depan.
“Jika ada kepastian kapan Fed Rate naik, disertai APBN akan membaik meski tanda kutkp pasar masih waswas. Potensi kenaikan (obligasi jangka panjang) tahun depan besar,’ kata Nico.