TEMPO.CO, Semarang - Kebijakan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menutup jembatan timbang pada pertengahan 2014 menyebabkan hilangnya potensi pendapatan sekitar Rp 10 miliar. Berdasarkan audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas laporan keuangan Provinsi Jawa Tengah 2014, potensi kerugian itu berasal dari penutupan sembilan jembatan timbang selama periode Mei-Desember 2014 senilai Rp 9.075.220.000 dan tujuh jembatan lainnya pada 15 Mei-3 September 2014 senilai Rp 1.043.430.773.
Hasil audit BPK yang ditandatangani Hery Subowo selaku penanggungjawab pemeriksaan BPK Perwakilan Jawa Tengah tertanggal 15 Mei 2015 tersebut juga menyebutkan kebijakan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menutup jembatan timbang tidak memadai. “Penutupan sementara mendahului peraturan Gubernur Jawa Tengah dan tidak dilaksanakan secara serentak,” tulis BPK dalam audit tersebut.
Selain itu, penutupan sementara jembatan timbang disebut tidak diikuti dengan kajian dan evaluasi mengenai tugas dan fungsi para pegawai yang bertugas di masing-masing jembatan timbang. Kebijakan penutupan jembatan timbang diterapkan setelah Ganjar Pranowo menemukan praktek pungutan liar saat melakukan inspeksi mendadak ke jembatan timbang Subah, Batang, pada akhir April 2014.
Saat itu, Ganjar sangat marah. Ia sempat membanting amplop yang ditemukan di laci petugas. Ia juga memergoki para sopir membayar pungli ke petugas jembatan timbang tanpa ada kuitansi bukti pembayaran.
Setelah itu, Ganjar mengeluarkan peraturan gubernur yang salah satu isinya menyatakan, karena alasan keterbatasan sumber daya manusia, pengoperasian jembatan timbang hanya bisa dilakukan di tujuh dari 16 jembatan yang ada. Adapun pengoperasian sembilan jembatan lainnya dihentikan sejak 9 Juni 2014.
Saat beroperasi, sembilan jembatan timbang yang ditutup menghasilkan pendapatan dari retribusi sanksi denda kelebihan muatan puluhan hingga ratusan juta rupiah per bulan. Jembatan timbang Klepu, misalnya, rata-rata per bulan menghasilkan pendapatan Rp 264 juta.
Adapun jembatan timbang Subah Rp 215 juta per bulan, jembatan timbang Butuh Rp 189 juta per bulan, dan jembatan Aji Barang Rp 134 juta per bulan. Lantaran jembatan-jembatan itu memberikan banyak hasilnya, muncul dugaan bahwa jembatan timbang penuh dengan uang pungli. Untuk mencegah pungli itulah Ganjar Pranowo menutup beberapa jembatan timbang.
ROFIUDDIN