TEMPO.CO, Semarang - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara menyatakan diversifikasi ekonomi di tengah perlambatan ekonomi harus segera dilakukan. “Jika tidak, akan terlambat,” ujarnya di Semarang, kemarin.
Diversifikasi ekonomi perlu dilakukan untuk mencegah berlanjutnya tren defisit perdagangan belakangan ini akibat makin lesunya perekonomian. Mirza mendorong sejumlah daerah untuk mendiversifikasi kegiatan ekonominya, seperti Riau yang terkenal sebagai produsen kelapa sawit dan gas serta Aceh dan Papua yang juga menjadi produsen minyak dan gas bumi. Perekonomian tiga daerah itu terlihat minus.
Baca Juga:
Pelemahan ekonomi nasional saat ini, menurut Mirza, tak lepas dari pengaruh kondisi global, salah satunya dari Amerika Serikat. Bank sentral dari Negara Abang Sam itu sebelumnya sudah memberi sinyal akan menaikkan lagi suku bunganya sekitar 0,25 persen.
Rencana kebijakan itulah yang kemudian membuat sejumlah investor pasar global mengurangi investasi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Tak hanya Amerika Serikat, pemerintah Cina yang sengaja melemahkan ekonominya akibat kesadaran lingkungan dan program keseimbangan dengan alam ikut melemahkan ekonomi global. “Kebijakan perlambatan ekonomi Cina berpengaruh pada ekpor Indonesia yang melambat dan masih mengalami defisit,” tuturnya.
Kepala Kantor Bank Indonesia Jawa Tengah dan Yogyakarta Iskandar Simorangkir menyatakan kinerja ekspor impor di Jawa Tengah mengalami kontraksi, tapi masih di level yang baik. Terbukti, ekspor dari Jawa Tengah masih meningkat. Mayoritas sebanyak 25 persen ke Amerika sebanyak 25 persen, 19 persen ke Eropa 19 persen, dan 10 persen ke Cina.
EDI FAISOL