TEMPO.CO, Surabaya - Semua aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Rakyat Tanjung Perak, Surabaya, terhenti. Penyebabnya, endapan sedimentasi di sepanjang muara Kalimas, sehingga kapal yang hendak keluar masuk kandas.
Alowisius, 60 tahun, hanya bisa menunggu air laut pasang. Mualim Kapal Motor Libra itu memanggil satu truk yang memuat air bersih berukuran 5 ribu liter. Air bersih itu ia gunakan bersama 17 anak buah kapal setelah nanti bertolak ke Maluku.
Pria yang sudah lima tahun rutin berlayar ke Pelabuhan Tanjung Perak ini mengaku membawa pasokan logistik. Mulai dari beras, minyak goreng, tepung, dan sejumlah barang kebutuhan pokok yang sengaja dibeli dari Surabaya. Selain itu dia juga membawa logistik bahan bangunan seperti semen dan besi.
Kapal berkapasitas 549 gross tones itu memang memuat banyak sekali logistik. Semua persediaan sembako tersebut rencananya akan dibawa ke Maluku agar kebutuhan logistik menjelang Ramadan terpenuhi.
Ditemui Tempo, Selasa, 2 Juni 2015, pria berdarah Ambon ini mengeluhkan surutnya air yang sudah berlangsung beberapa hari sehingga ia terpaksa menunda berlayar ke Maluku. "Bulan lalu saya juga menunggu laut pasang, sekarang untuk keluar juga harus nunggu pasang,” katanya.
Persoalannya, kata dia, bukan hanya karena musim kemarau yang membuat air laut surut tapi juga tak pernah dikeruknya endapan sedimentasi di pelabuhan itu. Menurut dia Syahbandar Pelabuhan Tanjung Perak pernah mengeruk sedimen itu pada akhir tahun lalu. Namun pengerukan hanya dilakukan di bagian muara atau di bibir pantai Selat Madura. “Tidak sampai di dalam (masuk sungai),” kata dia.
Tidak hanya KM Libra saja yang tidak bisa berlayar. Puluhan kapal yang mengalami nasib serupa menumpuk di Pelabuhan Rakyat. Mereka kebanyakan memutuskan bersantai sambil menanti air laut pasang.
Kepala Hubungan Masyarakat Syahbandar Pelabuhan Tanjung Perak, Marzuki, mengatakan alokasi anggaran pengerukan Kalimas terbatas. Ini yang menyebabkan kegiatan pengerukan hanya sampai di muara saja. “Kalau pengerukan itu terkait masalah anggaran, mungkin nanti akan dilanjutkan (pengerukannya),” kata dia.
Marzuki menuturkan, di luar faktor sedimentasi, sejak dulu aktivitas di Pelabuhan Rakyat Tanjung Perak memang bergantung pasang surut air laut. Setiap pelayaran bahkan menjadikan jadwal cuaca sebagai patokan. “Semua kapal punya jadwal buku pasang-surut,” kata dia.
AVIT HIDAYAT