TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) berencana menguasai wilayah kerja minyak dan gas bumi yang sudah habis masa kerjanya pada 2025. Pada tahun yang sama, perseroan menargetkan mengelola 50 persen cadangan minyak dan gas bumi Tanah Air.
"Kalau perlu lebih dari itu," ujar Direktur Utama Pertamina Dwi Sutjipto dalam rapat kerja bersama DPR, Rabu, 27 Mei 2015.
Baca Juga:
Saat ini, Pertamina hanya menguasai 24 persen pasar hulu migas nasional. Persentase ini jauh lebih kecil dibanding BUMN migas negara lain seperti Malaysia (33 persen) dan Cina (85 persen).
Padahal, pada 10 tahun ke depan, terdapat 35 wilayah kerja yang akan habis masa kontraknya dengan cadangan minyak mentah sekitar 1,7 juta barel setara minyak. Beberapa yang terbesar adalah Blok Rokan dan Blok Mahakam yang mempunyai cadangan migas besar dan masih dikuasai perusahaan asing sampai sekarang.
Perseroan percaya diri produksi di wilayah yang akan diambil alih bakal meningkat. Prestasi ini terbukti ketika Perseroan menguasai wilayah kerja Offshore Northwest Java, West Madura Offshore, dan Siak, produksi migas di tiga tempat tersebut meningkat dibanding pengelolaan oleh perusahaan asing sebelumnya.
Baca Juga:
Negara sebenarnya sudah memberi jalan Pertamina untuk menguasai Blok Mahakam yang saat ini dikuasai Total E&P dari Perancis dan Inpex dari Jepang. Saat ini, perseroan sedang mempersiapkan diri menyambut masa transisi bagi kontrak pengelolaan Mahakam yang berakhir pada 2017.
Namun rencana itu dianggap Komisi VII DPR timbul tenggelam. Pasalnya Kementerian ESDM baru saja menerbitkan Permen ESDM Nomor 15 Tahun 2015.
Dalam Permen ini, Pertamina dianggap sama dengan perusahaan migas lain ketika ingin mengambil alih pengelolaan wilayah kerja migas yang akan berakhir. Pertamina, meski sebagai BUMN, wajib membuat laporan pengajuan dan mengikuti penawaran terbuka.
ROBBY IRFANY