TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi menyatakan bahwa dalam tiga tahun terakhir, harga rata-rata bahan pokok saat bulan Ramadan naik antara 4-15 persen dibanding hari biasa. Sementara, setelah Idul Fitri, harga biasanya akan naik antara 1-3 persen. "Kami antisipasi itu," katanya di Kementerian Perdagangan, Kamis, 22 Mei 2014.
Ia menjelaskan kenaikan harga bahan pokok tersebut pada akhirnya akan mendorong lonjakan pengeluaran masyarakat. Dalam hitungannya, kenaikan harga bahan pokok ditambah pengeluaran lain seperti untuk kebutuhan sandang dan biaya transportasi mudik membuat pengeluaran masyarakat melonjak hingga 30-40 persen.
Untuk menghadapi kondisi tersebut, kata Bayu, pemerintah akan berkoordinasi dengan dunia usaha. "Nanti sore kami akan mulai bicara dengan pengusaha retail.” (Baca: Antisipasi Kenaikan Harga, Pasar Murah Siap Digelar)
Koordinasi dengan para pengusaha penting karena mereka memegang peran yang sangat strategis dalam distribusi berbagai barang. Dari pantauan Kementerian Perdagangan, pengusaha butuh waktu 6-7 jam untuk membawa produk dari pusat distribusi hingga tingkat retail. (Baca: Tiga Pesan Pedagang Pasar kepada Chairul Tanjung)
Adapun untuk saat ini, kata Bayu, harga bahan pokok masih cenderung stabil. Harga beras medium misalnya, saat ini ada di kisaran Rp 8.800-an per kilogram atau turun sekitar 0,67 persen dibanding bulan lalu. Begitu juga harga gula saat ini terpantau Rp 11.200-an per kilogram atau turun 0,6 persen dibanding bulan lalu. Serupa, harga minyak goreng, tepung terigu dan daging sapi yang fluktuasinya kurang dari satu persen dalam sebulan.
Sebelumnya, pemerintah menyatakan sudah mengalokasikan anggaran stabilisasi harga bahan pokok dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Anggaran yang dialokasikan setiap tahunnya melalui Kementerian Keuangan itu sebesar Rp 2 triliun.
PINGIT ARIA
Berita terpopuler:
DKI Andalkan Pendapatan dari Pusat Belanja
Nasib Newmont dan Freeport Diputuskan Presiden
Tertinggi, Konsumsi Media Online di Jawa