TEMPO.CO, Surabaya - Distrik Manajer PT Merpati Nusantara Airlines Wilayah Jawa Timur-Kalimantan Tengah, Adjie Kisworo, mengungkapkan rencana perusahaannya untuk terbang ke Pulau Bawean, Kabupaten Gresik. Kajian ini meliputi aspek potensi penumpang, status bandara dan harga tiket.
Direncanakan, akhir 2013, Bandara Pulau Bawean akan dioperasikan. Bila bandara berstatus perintis, kata Adjie, wajib ada subsidi tiket kepada penumpang. "Kalau enggak ada subsidi, ya berat untuk murni komersial," katanya kepada Tempo, Jumat 28 Juni 2013.
Saat ini, Merpati mempunyai tiga unit pesawat berbadan kecil jenis Cassa, Twin Oter 5 unit dan MA-60 sebanyak 15 unit. Dari jumlah itu, jenis Cassa hanya beroperasi 2 unit, dan MA-60 13 unit. Ia menuturkan, semua pesawat berbadan kecil dikonsentrasikan menerbangi rute-rute perintis di wilayah Indonesia Timur, seperti Papua, Sulawesi, Nusa Tenggara, Kalimantan dan Maluku.
Jika harus menerbangi Pulau Bawean, kata Adjie, Merpati harus beli unit pesawat lagi. Dengan panjang lintasan bandara Pulau Bawean hanya 900 meter, hanya jenis Cassa dan Twin Oter yang bisa mendarat. Jenis Cassa berkapasitas 20 seat dan Twin Oter 18 seat.
Menurut Adjie, subsidi tiket sangat penting di rute perintis untuk menutupi kerugian maskapai. Ia mencontohkan rute Surabaya-Banyuwangi dan sebaliknya, yang merupakan rute penerbangan komersial. Rute Surabaya-Banyuwangi, ternyata sepi peminat dan memaksa Merpati merelokasi unit pesawatnya ke daerah lain yang lebih menjanjikan. "Yang penting bisa menutupi biaya operasionalnya. Meski BUMN, kita juga cari untung," ucap ia.
Juru bicara Pemerintah Kabupaten Gresik, Andi Hendro Wijoyo, sudah menawarkan ke beberapa maskapai penerbangan seperti Merpati, Wings Air, dan Susi Air untuk menerbangi rute Surabaya-Pulau Bawean dan sebaliknya. Sayangnya, belum ada maskapai yang memberikan jawaban. Hendro memastikan, bandara Pulau Bawean berstatus perintis. Soal subsidi tiketnya diambilkan dari mana, ia belum tahu. Pemkab Gresik, bersama Dinas Perhubungan Jawa Timur dan Angkasa Pura I, sudah membahas masalah ini. "Sudah kita tawarkan ke beberapa maskapai. Kalau perintis, ya dapat subsidi tiket," Hendro menjelaskan.
Menurut Andi, penerbangan dari Surabaya ke Pulau Bawean mempunyai potensi besar. Sebab, banyak penduduk Pulau Bawean merantau ke berbagai daerah, termasuk ke luar negeri. Rata-rata penduduk Pulau Bawean menjadi TKI di Singapura, Malaysia dan Arab Saudi. Sementara sudah banyak penerbangan rute Singapura-Surabaya dan Kuala Lumpur-Surabaya maupun sebaliknya. Belum lagi moda transporatasi laut yang menghubungkan Kota Gresik - Pulau Bawean, sangat terbatas.
Saat ini hanya ada dua unit kapal roro milik Express Bahari dan Tunggal Samudera. Masalahnya, kata Hendro, ketika gelombang laut mencapai ketinggian 3 meter, dua unit kapal itu enggan beroperasi. Dampaknya, jam operasional menjadi tidak menentu dan banyak mendapat komplain dari penumpang. "Ini kan potensial sekali. Kadang-kadang penumpang kapal itu harus menginap sampai 3 hari di pelabuhan," ujar Hendro.