TEMPO.CO, Banyuwangi - Deputi Bidang Usaha Industri Primer Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Muhammad Zamkhani, mengatakan Pabrik Gula Glenmore merupakan pabrik gula pertama yang didirikan BUMN setelah 30 tahun terakhir. Sejak dekade 80-an BUMN tidak pernah melakukan investasi baru. Baca juga Pabrik Gula Glenmore Dimulai 12-12-12
Menurut Zamkhani, terakhir kali BUMN perkebunan membangun pabrik gula baru sekitar tahun 1982 di Takalar dan Bone. Glenmore dengan investasi mencapai Rp 1,6 triliun itu bisa dibilang merupakan proyek mercusuar BUMN. "Kami ingin buktikan bisa bikin pabrik gula baru," kata dia di Banyuwangi, Rabu, 12 Desember 2012.
Kementerian BUMN hari ini memulai pendirian pabrik gula di Perkebunan Kalirejo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi. Pabrik gula tersebut berdiri di lahan seluas 3.140 hektare dengan luas lahan tebu 6.000 hektare.
PG Glenmore dikelola oleh PT Industri Gula Glenmore yang merupakan hasil konsorsium PT Perkebunan Nusantara III (Persero), PTPN XI, dan PTPN XII. PG Glenmore direncanakan menjadi pabrik gula terbesar di Indonesia dengan produksi hingga 54 ribu ton setahun.
Menurut Zamkhani, adanya pabrik gula baru diharapkan mampu mengurangi ketergantungan impor. Sebab dari kebutuhan gula nasional sebesar 4,7 juta ton setahun, produksi gula nasional hanya bisa memasok 2,6 juta ton.
Direktur Utama PTPN III Megananda Daryono mengatakan PTPN III mulai membidik sejumlah daerah, seperti di Pulau Sumba dan Pulau Buru, sebagai tempat pabrik gula baru.
Menurut dia, dalam mendukung swasembada gula nasional tidak cukup dengan merevitalisasi pabrik-pabrik yang ada, tetapi juga dengan mendirikan pabrik baru. "Pabrik Glenmore adalah realisasi atas keprihatinan untuk bisa swasembada gula," kata dia.
IKA NINGTYAS
Terpopuler:
Bakrie Jual Lido Resort ke Hary Tanoe
Pulsa Ponsel Akan Kena Cukai
Perbankan Indonesia Dinilai Tak Siap Masuk Asean
CPO Kena Bea Masuk 300 Persen, Indonesia Melawan
Dituduh Bobol Komputer, Rothschild: Pengalihan Isu
Anggota Komisi Keuangan DPR Setuju Cukai Pulsa
HSBC Bayar Denda Pencucian Uang US$ 1,9 Miliar