TEMPO.CO, Jakarta -PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) melakukan transaksi lindung nilai atau hedging sebesar US$ 30 juta dengan tiga bank BUMN, yaitu PT Bank Negara Indonesia Tbk, PT Bank Mandiri Tbk, dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. Transaksi tersebut merupakan transaksi hedging pertama dengan instrumen call spread option valas terhadap rupiah.
Kepala Divisi Treasury PLN Iskandar mengatakan call spread hedging dipilih karena lebih efisien dibanding instrumen lain. "Call spread relatif lebih murah untuk ukuran tiga sampai enam bulan," katanya di gedung Bank Indonesia, Jakarta, Senin, 21 Agustus 2017. PLN menggunakan hedging dengan tenor dua bulan.
Selain itu, dalam kondisi ekonomi yang stabil seperti sekarang, call spread dinilai lebih baik dibanding forward hedging. Instrumen forward hedging secara teori lebih baik saat volatilitas valas sedang tinggi.
Instrumen call spread merupakan instrumen hedging terhadap risiko nilai tukar yang merupakan gabungan dua transaksi FX Option, yaitu buy call option dan sell call option. Transaksi dilakukan secara simultan dalam satu kontrak transaksi dengan nominal yang sama tapi dua strike price yang berbeda. Instrumen tersebut diperkenalkan Bank Indonesia pada September 2016.
Baca: PLN Apresiasi Penyederhanaan Sertifikasi Kompetensi Tenaga Listrik
PLN baru memutuskan menggunakan instrumen tersebut karena pemerintah baru mengeluarkan penyempurnaan pedoman prosedur standar operasional hedging BUMN pada 5 Juli 2017. Dalam versi tersebut, pedoman hedging mencakup mekanisme hedging call spread. Pedoman tersebut disusun Bank Indonesia dan Kementerian BUMN bersama aparat hukum dan auditor negara untuk merampungkan penyesuaian pedoman tersebut.
Salah satu kelebihan dari instrumen call spread ini adalah biaya premi yang relatif lebih efisien dibandingkan dengan instrumen hedging lainnya. Direktur Tresuri dan Internasional BNI Panji Irawan mengatakan premi instrumen tersebut sebesar 0,6 persen per dua bulan.
Iskandar mengatakan kebutuhan valas PLN per tahun hampir US$ 7,5 miliar. Dana tersebut digunakan untuk investasi dan operasional. Hedging dinilai mampu memitigasi risiko yang dihadapi PLN ketika volatilitas tak stabil. "Selain kami memang diwajibkan hedging 25 persen dari net exposure," katanya.
VINDRY FLORENTIN