TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Komite Nasional Keuangan Syariah Bambang Brodjonegoro mengatakan pengembangan keuangan syariah tidak hanya akan ditujukan untuk sektor keuangan. Pengembangan juga akan ditujukan pada sektor riil. "Kami ingin benar-benar mendorong keuangan syariah tidak hanya untuk sektor keuangan, tapi juga pengembangan keuangan syariah untuk sektor riil," kata Bambang, yang juga Menteri PPN/Kepala BapBappenas seusai peluncuran KNKS di Istana Negara, Jakarta, Kamis, 27 Juli 2017.
Peluncuran Komite Nasional Keuangan Syariah dilakukan Presiden Jokowi, dengan dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla dan sejumlah menteri Kabinet Kerja. Hadir pula dalam kesempatan tersebut Presiden ke-3 BJ Habibie. Dalam sambutannya, Jokowi menyatakan pangsa pasar keuangan syariah di Indonesia masih sangat kecil, yakni 5,3 persen terhadap industri perbankan nasional.
Baca Juga:
Bambang menjelaskan penyebab masih kecilnya pangsa pasar keuangan syariah, salah satunya adalah bank-bank syariah yang ada tidak cukup besar. "Tapi itu terjadi karena sisi permintaannya juga kurang kuat. Sisi permintaannya itu adalah justru sektor riilnya," kata Bambang.
Karena itulah, kata Bambang, salah satu prioritas program kerja KNKS adalah memperkuat sektor riil, yaitu ekonomi syariah. Ekonomi syariah itu, kata Bambang, bisa diterjemahkan sebagai industri halal, maupun halal tourism yang kini juga sedang dikembangkan pemerintah.
Bambang menjelaskan jika sektor riil berkembang, dengan sendirinya pelaku sektor riil tersebut akan membutuhkan pembiayaan. "Dan otomatis mereka akan mencari pembiayaan yang juga syariah," kata Bambang. "Jadi bagaimana menciptakan kita demand terhadap industri keuangan syariah, dengan sendirinya nanti industri keuangan syariahnya menjadi besar," dia melanjutkan.
Menurut Bambang, upaya tersebut akan terus didorong agar investor yang masuk adalah investor yang ingin membuat bank syariah menjadi bank besar, yang setara dengan bank bank konvensional. Dia menyebut tak ada angka ideal pangsa pasar yang harus dicapai bank syariah. "Yang jelas kita ingin mengembangkan ekonomi syariah. Tapi sebagai patokan seharusnya sudah bisa mencapai 10 persen," kata Bambang.
Jokowi sebelumnya menyebutkan Indonesia seharusnya memiliki industri keuangan syariah yang tumbuh dengan pesat. Setelah melewati dua dekade, saat ini jumlah industri keuangan syariah di Indonesia adalah yang terbanyak di dunia.
Hal itu ditunjukan dengan adanya 34 bank syariah, 58 operator takaful atau asuransi syariah, 7 modal ventura syariah, dan lebih dari 5 ribu lembaga keuangan mikro syariah, serta 23 juta pelanggan.
Sayangnya, pasar bank syariah pada 2016 baru mencapai 5,3 persen terhadap industri perbankan nasional. "Masih kecil sekali terhadap seluruh aset industri perbankan nasional kita. Inilah peluang besar yang harus kita manfaatkan, jangan sampai nantinya justru dimanfaatkan negara lain," kata Jokowi.
Sebagai perbandingan, Jokowi menyebut, pangsa pasar industri keuangan syariah di Arab Saudi telah mencapai 51,1 persen, Malaysia mencapai 23,8 persen, dan Uni Emirat Arab mencapai 19,6 persen. "Di negara kita dengan penduduk muslim terbesar di dunia, baru mencapai 5,3 persen. Masih kecil sekali. Capaian ini berada jauh dibanding negara-negara lain," ujar Jokowi.
AMIRULLAH SUHADA